Sukses menjadi pengusaha. Haji Anwar memutuskan hijrah ke Depok, tepatnya ke Perumahan Bumi Sawangan Indah (BSI) di Kelurahan duren Mekar (Dumek) Kecamatan Bojogsari. Dari sini lah gagasan untuk membuat Gerakan Ayo Depok muncul.
Laporan: Indra Abertnego Siregar
RADARDEPOK.COM, Perbincangan dengan Haji Anwar, seorang pengusaha asal Kebayoran Lama, Jakarta yang hijrah ke Depok semakin menarik. Kali ini, dia menceritakan sejarah dia dan keluarganya masuk ke Kota Sejuta Maulid ini. secara resmi dia menetap di Depok pada tahun 2013, di Perumahan BSI Dumek. Akan tetapi, sebenarnya dia sudah membeli rumah tersebut sudah sejak tahun 2009.
“Saya menetap di Depok itu 2013, tapi sebenarnya saya sudah beli rumah di BSI ini sudah dari tahun 2009, Cuma saya gak tinggali, hanya sifatnya nginap sekali-sekalai saja. Karena di tahun itu anak saya kuliah kedokteran hewan di IPB, saya fikir dengan tinggal di BSI bisa lebih dekat kekampusnya, ternyata anak saya malah sering telat kuliah karena Jalan Raya Parung macet banget. Jadi dia jarang pulang dan saya pun jarang ke BSI tahun 2009,” ucap Haji Anwar di ruang kerjanya.
Dia memutuskan tinggal di Depok pada tahun 2013 bukan tanpa alasan. Saat itu dia ditawari bapak angkatnya yang merupakan sepupu dari Gubernur Jakarta Anies Baswedan, untuk menjaga komplek perumahan yang sedang dibangun bapak angkatnya di Kelurahan Serua, Kecamatan Bojogsari.
“Saya diamanahkan untuk tinggal di komplek yang kebetulan pengembangnya keluarga bapak angkat saya ini. saya diamanahkan beliau untuk memimpin komplek itu, karena beliau butuh orang yang lancar berkomunikasi dengan beliau. Saya patuhi amanah itu selama lima bulan lalu akhirnya saya pindah ke rumah saya di BSI,” katanya.
Tidak lama setelah itu, dia pun membuka kantornya yang saat ini berlokasi di Kelurahan Curug. Di sana dia mendapat banyak kawan dan keluarga baru, termasuk sesepuh Kelurahan Curug seperti Haji Albah dan Ketua LPM Serua Haji Wardana.
“Awal saya membentuk gerakan Ayo Depok ini saat saya jadi penguru komplek di Curug. Kemudian ada sesepuh Curug bapak Haji Albah dan Haji Wardana menyampaikan kegusaran mereka kepada saya tentang masyarakat Curug asli yang tinggal satu pulau doang. Mereka bertanya ke saya giimana cara mempertahankan warga Curug Asli ini,” tuturnya.
Kegusaran dua sesepuh Curug itu dianggap sangat masuk akal, mengingat pesatnya pembangunan di Depok, khususnya di Kecamatan Bojongsari yang membawa dampak baik dan dampak buruk dari sudut pandangnya.
“Saya melihat memang pembangunan di Kecamatan Bojongsari begitu pesat. Buat saya pembangunan ini adalah simbol imperialisme, dan jadi penjajahan gaya baru di mana tanah jadi mahal, warga Curug asli yang gak punya pekerjaan akirnya tergiur untuk menjual tanahnya dan pindah meninggalkan Curug,” imbuhnya.
Keadaan ini tentunya menimbulkan kekhawatiran dibenaknya karena bisa-bisa warga Curug asli bisa habis, seperti yang perah dialamiya di Kebayoran Lama, lantaran pesatnya pembangunan dan penduduk asli menjual tanah kampung halamannya.
“Maka itu saya menggas gerakan bernama Ayo Depok. gerakan ini sederhana, sifatnya sebuah ajakan untuk kembali ke Depok, membeli produk orang depok, sehingga perekonomian warga bisa meningkat dan bisa mempertahankan eksistensi mereka di kampung sendiri, bahkan bisa memanggil kembali warga Curug asli yang sudah pindah agar pulang ke kampungnya,” bebernya.
Dengan gerakan ini, diharapkan menciptakan ketahanan ekonomi dan ketahanan pangan warga di Curug, dan warga Depok yang ada di kecamatan lain. Sehingga mereka tidak akan terimbas kejamnya pembangunan yang berdampak pada penjualan lahan nenek moyang mereka.
“Ayo Depok ini sebenarnya ajakan tidak meninggalkan Depok sehingga Depok tidak bubar. Karena makin lama Depok semakin padat, tapi isinya bukan asli orang Depok. dengan gerakan ini nantinya kita bisa menikmati bersama pembangunan yang ada di Depok. tapi penjelasan ini mungkin dirasa sebagian orang terkesan provokatif, jai cukup kita kasih selogan Ayo Depok agar menDepokkan Kembali Kota Depok,” terangnya.
Gerakan Ayo Depok ini juga menjadi sebuah pembuktian betapa cintanya Haji Anwar terhadap Kota Depok dan masyarkatnya. Dia tidak ingin apa yang terjadi di Jakarta sana terjadi di Depok.