RADARDEPOK.COM - Dekan Fakultas Farmasi Universitas Pancasila (UP) Prof. Dr. Apt. Syamsudin, M.Biomed memperoleh penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas hasil riset yang dilakukan.
Syamsudin melakukan riset tentang polyherbal yang berperan sebagai terapi adjuvant untuk meningkatkan efektivitas pengobatan Covid-19. Dari hasil riset tersebut dirasakan manfaatnya oleh banyak masyarakat dan sudah banyak digunakan di rumah sakit di Indonesia.
“Rekor MURI kemarin adalah penelitian tentang adjuvant obat herbal yang digunakan untuk Covid-19. Jadi kami bekerjasama dengan industri farmasi sudah melakukan observasi klinis pada pasien Covid-19 yang derajat sedang dan itu terbukti efektif. Atas dasar itu kami mendapatkan rekor MURI,” kata Syamsudin ditemui usai pelantikan sejumlah pejabat di lingkungan kampus UP, Rabu (20/7).
Riset yang dilakukan bersama tim mahasiswa meneliti perkembangan kesehatan pasien Covid-19 yang diberi terapi tambahan berupa obat herbal. Obat yang dibuat tim merupakan gabungan dari empat bahan yang dibuat menjadi ekstrak obat herbal, yaitu Kunyit, Jinten Hitam, Katuk dan Ikan Gabus.
“Kunyit ini mengandung Curcuma. Ikan Gabus mengandung albumin. Biasanya pada pasien Covid-19 ini mengalami penurunan albumin. Dari Gabus ini diberikan asupan albumin dari luar. Semua itu dibuat menjadi satu ekstraksi dan diberikan kepada pasien Covid-19 dengan derajat sedang,” terang Syamsudin.
Dari hasil penelitian, sambung Syamsudin, pasien yang diberikan terapi tambahan berupa obat herbal ini mengalami perbaikan lebih cepat. Masa length of stay (los) di rumah sakit bisa dipangkas lebih cepat.
“Length of stay di RS kan sembilan hari. Dengan terapi adjuvant ini bisa lebih cepat masa penyembuhannya, jadi 7-8 hari,” sambungnya.
Namun, Syamsudin menegaskan bahwa obat herbal yang diberikan bersifat tambahan. Sehingga, pada pasien Covid-19 tetap diberikan obat standar medis namun ditambah dengan penggunaan obat herbal hasil riset Syamsudin bersama tim.
“Kita sifatnya adjuvant (tambahan). Jadi, tidak boleh memberikan obat langsung tanpa adanya obat standar. Jadi pasien diberi obat standar dan diberi adjuvant sehingga proses penyembuhan lebih cepat,” tegasnya.
Sementara, Rektor UP, Edie Toet Hendratno mendukung kemajuan riset yang dilakukan civitas UP. Dikatakan, riset yang bermanfaat bagi masyarakat dan hingga kini banyak digunakan di Rumah Sakit pemerintah maupun swasta di Indonesia.
“Saat ini UP sedang melakukan pembangunan gedung farmasi sebagai tempat teaching factory, laboratorium bioavailability dan bioekivalensi, lab halal, lab kosmetik, ruang kelas multimedia,” ucap Edie. (cky)
Jurnalis : Ricky Juliansyah
Editor : Indra Siregar