RADARDEPOK.COM - Kita paham betul bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia dapat dicapai selain karena perjuangan yang gigih juga didukung pula oleh terdidiknya para pendiri bangsa melalui pendidikan. Tokoh-tokoh para pendiri bangsa yang sadar akan pendidikan tidak terlepas dari tingginya kemampuan literasi yang dimiliki.
Baca Juga: Relawan Ganjar Pasti Menangkan PSI di Depok, Berikut Target Kursinya
Menyinggung mengenai frasa literasi tentu tak terlepas dari perlu adanya pemahaman terlebih dahulu mengenai apa itu literasi. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia atau yang selanjutnya dikenal dengan istilah KBBI kata “literasi” memiliki pengertian kemampuan menulis dan membaca. Sampai titik ini dapat dipahami bahwa seseorang yang memiliki kemampuan menulis dan membaca tentu ia memiliki kemampuan dalam literasi. Seseorang yang mampu menulis sudah pasti terbiasa dengan aktivitas membaca, begitupun seseorang yang terbiasa dengan aktivitas membaca sudah pasti dapat menulis. Keduanya memiliki keterkaitan yang erat juga kuat. Inilah yang disebut dengan literasi.
Baca Juga: XL Axiata Perluas Solusi Digital Berbasis IoT di Pondok Pesantren Hidayattullah Depok
Sampai saat ini, tidak banyak orang yang setuju bahwa angka melek huruf kita sangat rendah. Bahkan ada yang mengatakan kita sedang krisis literasi. Dengan perkembangan teknologi internet yang merajai segala bidang kehidupan, minat baca anak Indonesia semakin menurun. Ini jelas bukan imajinasi. Jika kita ingin melihat, kecenderungan anak-anak untuk menggunakan gadget atau perangkat teknologi dengan segala kenyamanannya menunjukkan bahwa mereka lebih menyukai gadget daripada buku. Saat ini, buku-buku di perpustakaan sudah seperti barang antik, hanya dijadikan pajangan tanpa berusaha menyentuh dan membacanya.
Baca Juga: Gerakan Muda Usaha (GMU) Adakan Bootcamp, Lahirkan Wirausaha Milenial
Berangkat dari kepedulian tersebut, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali menggalakkan kegiatan literasi dengan meluncurkan Merdeka Learning Episode ke-23 yakni Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia. Program ini dirancang untuk mendorong semangat literasi di lingkungan sekolah. Dengan mengirimkan buku teks berkualitas ke sekolah-sekolah yang membutuhkan, kegiatan literasi siswa dikuatkan, tentunya dengan bimbingan dan arahan dari guru dan pustakawan, yang diberi bantuan dan pelatihan untuk melaksanakan program literasi.
Baca Juga: Pelajar Tewas Dibacok,Ketua DPRD Kabupaten Bogor Rudy Susmanto Tanggung Jawab Kita Semua
Saat ini, sebagian orang beranggapan bahwa membaca buku adalah kegiatan yang membosankan. Bahkan, tidak sedikit yang mengatakan bahwa membaca buku hanya membuang-buang waktu. Orang yang bisa membaca dianggap menganggur. Daripada membaca buku yang "basi", lebih baik kita melakukan sesuatu yang bisa menghasilkan uang. Meskipun membaca dianggap kurang penting, bahkan dianggap remeh, namun membaca merupakan proses menambah pengetahuan tentang berbagai hal. Kami mendapatkan informasi yang tak terhitung jumlahnya melalui membaca. Melalui membaca, kita mengetahui sejarah dunia, ilmu politik, kewirausahaan dan informasi lainnya yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Meski dirasa belum cukup bekerja, kita harus bisa mengubah membaca menjadi kegiatan yang bermanfaat dan mengembalikan banyak informasi.
Baca Juga: Melihat Penilaian Lomba Hatinya PKK Mekarjaya, Bisa Jadi Contoh untuk Masyarakat
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim saat membuka Merdeka Belajar Episode 23 mengatakan, dalam mendukung membaca buku sebagai bahan gerakan literasi, pihaknya menyeleksi bacaan sesuai tingkatan. Kemendikbud menyeleksi buku-buku tersebut sesuai dengan kriteria pembaca yang berkualitas yaitu. H. Buku yang sesuai dengan minat dan kemampuan membaca anak. Selain pemilihan buku sesuai jenjang Kemendikbud, juga dibagikan sejumlah besar buku. Terdapat kurang lebih 560 judul buku teks berkualitas tinggi sebanyak 15.356.486 eksemplar untuk daerah 3T yang terdiri dari 5.963 PAUD dan 14.595 SD serta daerah lain yang rendah literasi dan numerasi.
Penulis berkeyakinan bahwa seluruh lapisan masyarakat harus mendukung upaya pemerintah untuk menciptakan generasi maju melalui gerakan literasi. Guru, pendidik, kepala sekolah, pustakawan dan orang tua siswa harus mendukung gerakan literasi ini agar program berjalan lancar sesuai dengan maksud dan tujuan. Jangan biarkan program pemerintah menjadi formalitas belaka tanpa dukungan nyata dari orang-orang di sekitar Anda. (*)
Penulis: Andi Maulana
Artikel Terkait
Melihat Penilaian Lomba Hatinya PKK Mekarjaya, Bisa Jadi Contoh untuk Masyarakat
Jangan Lewatkan Promo Menarik Taman Safari Bogor Selama Ramadhan
Objek Wisata Alam Sekitar Gunung Merapi Ditutup, Tim Gabungan Gencarkan Pembersihan Sisa Hujan Abu
2 Pelaku Pembacokan Pelajar di Bogor Ditangkap
Menkeu Sri Mulyani Pastikan Beri Sanksi Terberat Bagi Pegawai Kemenkeu Bermasalah
Pelajar Tewas Dibacok,Ketua DPRD Kabupaten Bogor Rudy Susmanto Tanggung Jawab Kita Semua