ekbis-hiburan

Tradisi 'Buang Sial' di Indonesia : Mulai dari Buang Celana Dalam Sampai Lepas Burung

Minggu, 31 Oktober 2021 | 12:00 WIB
RADARDEPOK.COM - Budaya dan tradisi di Indonesia sangat kaya. Salah satunya adalah tradisi membuang sial dalam hidup.

Berikut ragam tradisi unik yang dipercayai sebagian masyarakat Indonesia sebagai penolak bala atau pembuang sial :

  1. Ruwatan di Demak, Jawa Tengah


Dalam website Dispar Kabupaten Demak dituliskan, Ruwatan adalah upacara atau ritual penyucian yang tetap dilakukan untuk melestarikan ajaran dari Kanjeng Sunan kalijaga dan diperuntukkan bagi orang yang Nandang Sukerta atau berada dalam dosa.

Istilah Ruwat berasal dari istilah Ngaruati yang memiliki makna menjaga kesialan Dewa Batara. Upacara Ruwatan biasa dilakukan orang Jawa ketika mengalami kesialan hidup. Sebagai misal adalah anak sedang sakit, anak tunggal yang tidak memiliki adik maupun kakak, terkena sial, jauh jodoh, susah mencari kehidupan dan lain sebagainya.

  1. Buang celana dalam saat ziarah untuk buang sial




 

Sebelumnya ada fenomena ditemukannya ratusan celana dalam berserakan di Gunung Sanggabuana. Saat ditelusuri salah satu warga dari Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru menuturkan fenomena buang celana dalam itu sudah sering dilakukan oleh warga yang berziarah dan juga pengunjung atau pendatang saat bulan Mulud (Maulid) sebagai salah satu ritual buang sial di Pegunungan Sanggabuana.

Dari mitos yang beredar, dikatakan pengunjung yang datang ke kawasan Pegunungan Sanggabuana harus mencari sumber mata air yang bernama "Pancuran Emas" dan wajib mandi di pancuran tersebut. Setelah mandi itu, semua yang melekat di badannya harus dibuang.

  1. Lepas burung pipit


-
mi

Tradisi ini juga dilakukan oleh warga keturunan Tionghoa. Burung pipit adalah simbol pembawa rezeki dan berkah kehidupan. Maka dengan melepaskan burung pipit, diharapkan banyak membawa berkah.

  1. Tradisi Ciswak


Di kalangan warga Tionghoa ada ritual tolak bala bernama Ciswak. Ritual tolak bala ini dilakukan dengan menyembahyangi dan mengantar dewa malapetaka di kelenteng.

  1. Melangun bagi Suku Anak Dalam


Bagi Suku Anak Dalam, jika ada keluarga mereka yang meninggal, wajib menjalankan melangun atau buang sial. Caranya satu keluarga besar atau keluarga yang ditinggal harus keluar dari hutan dan berjalan ribuan kilometer untuk membuang sial.

Melangun bisa juga berarti mengembara dan hidup di dalam hutan karena mereka percaya kematian disebabkan oleh gangguan roh jahat. Karena itulah mereka perlu bepergian untuk menjauhi roh jahat agar tidak mengganggu kehidupan. Mereka juga pindah tempat tinggal karena rumah lama dianggap mendatangkan kesialan.

Sebenarnya cara ini juga sebagai ungkapan kesedihan ditinggal mati oleh keluarga. Jadi mereka akan melangun sampai hati merasa puas alias sedihnya terasa pudar.

  1. Mandi garam dan menabur garam


-


Mungkin tradisi ini banyak kita temukan di berbagai daerah di Indonesia, karena diyakini garam menjadi zat penetral aura negatif. Dalam budaya Jawa, garam dimanfaatkan sebagai bahan ritual membersihkan diri. Juga tradisi menabur garam ke badan atau halaman rumah juga berfungsi untuk menghadang kesialan. (rd/net)

 

Editor : Pebri Mulya

 

https://youtu.be/FC-1wBipOwo

Tags

Terkini

BRI Warung Buncit Renovasi TK Adhyaksa XXI Jakarta

Jumat, 19 Desember 2025 | 22:08 WIB

Tumpeng BRI KC Pancoran, Turut Meriahkan HUT ke 130

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:54 WIB

BRI KC Depok Serahkan Ambulans ke Yayasan IMANI Care

Kamis, 18 Desember 2025 | 05:20 WIB

BRI Luncurkan Rebranding, Tetap Fokus di Segmen UMKM

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:40 WIB