ekbis-hiburan

131 Anak Terindikasi Gagal Ginjal Akut Misterius, Patut Curiga jika Tak Pipis Delapan Jam

Jumat, 14 Oktober 2022 | 10:18 WIB
ILUSTRASI

RADARDEPOK.COM - Gagal ginjal akut misterius mengintai anak-anak Indonesia. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkap, sejak Januari hingga Oktober tahun ini, ada 131 anak yang mengidap penyakit tersebut. Penyebabnya pun belum diketahui.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maxi Rondonuwu kemarin (12/10) menyatakan, pihaknya telah membentuk tim untuk menyelidiki kasus gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak. Tim tersebut terdiri atas perwakilan IDAI dan RSCM.

’’Dirjen Yankes telah menerbitkan Keputusan Dirjen Yankes Nomor HK.02.92/I/3305/2022 tentang Tata Laksana dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal,” katanya.

Mereka yang digolongkan mengidap penyakit tersebut memiliki gejala demam atau gejala infeksi lain dalam kurun waktu 14 hari terakhir. Selain itu, pasien biasanya tidak kencing selama 6–8 jam. Karena itu, layanan kesehatan harus memastikan apakah pasien mengalami gejala-gejala tersebut.

Kondisi lain yang patut dicurigai adalah adanya tanda hiperinflamasi (peradangan di banyak organ) serta hiperkoagulasi (penggumpalan darah). Padahal, pasien tersebut sebelumnya tidak memiliki kelainan ginjal.

Penyakit ini diketahui bisa menjangkiti pasien berusia 0 sampai 18 tahun. Meski demikian, saat ini mayoritas pasien adalah balita.

”Hasil pemeriksaan laboratorium BKPK (Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan, Red) tidak ditemukan bakteri atau sampai saat ini belum diketahui penyebabnya,” tutur Maxi.

Pada kesempatan lain, Ketua IDAI dr Piprim Basarah SpA menyatakan, IDAI sempat mencurigai penyakit tersebut terkait dengan Covid-19. Namun, dari diskusi yang dilakukan para ahli, banyak pasien yang mengalami gagal ginjal akut misterius itu tidak punya riwayat positif Covid-19.

Data yang dihimpun IDAI hingga 10 Oktober lalu, dari 131 anak yang mengalami sakit ini, semuanya ada di 14 provinsi. Yakni, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Aceh. Selain itu, Sumatera Barat, Jambi, Kepulauan Riau, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Jumlah kasus terus meningkat. Pada Agustus, ada 35 kasus. Lalu, September dilaporkan ada 71 kasus dan awal Oktober sudah ada 9 kasus. ”Apakah ada kaitannya dengan obat-obatan batuk seperti di Gambia, nanti akan didalami. Yang jelas, angka kematian cukup tinggi,” ujarnya.

Sebelumnya, di Gambia, puluhan anak mengalami gagal ginjal pasca meminum obat batuk yang berasal dari India. Menurut World Health Organization (WHO), pada 5 Oktober lalu, ada empat merek sirup obat untuk anak yang terkontaminasi dietilen glikol dan etilen glikol. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun menyelidiki kasus tersebut. Sebab, dikhawatirkan terkait dengan peningkatan gagal ginjal akut di Indonesia.

Kemarin Kepala BPOM Penny K. Lukito menyatakan melakukan pengawasan. ’’Berdasar penelusuran BPOM, empat produk obat tidak terdaftar di Indonesia,” katanya.

Lalu, apakah mereka yang terkena gagal ginjal akut misterius tersebut dapat fasilitas dari BPJS Kesehatan? Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti kemarin menyatakan, sepanjang ada indikasi medis, BPJS Kesehatan akan meng-cover. ’’Sepanjang sesuai dengan prosedur medis, BPJS Kesehatan siap untuk membiayai,” tegasnya.(JPC)

 

Tags

Terkini

BRI Warung Buncit Renovasi TK Adhyaksa XXI Jakarta

Jumat, 19 Desember 2025 | 22:08 WIB

Tumpeng BRI KC Pancoran, Turut Meriahkan HUT ke 130

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:54 WIB

BRI KC Depok Serahkan Ambulans ke Yayasan IMANI Care

Kamis, 18 Desember 2025 | 05:20 WIB

BRI Luncurkan Rebranding, Tetap Fokus di Segmen UMKM

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:40 WIB