ECOPRINT : Salah satu contoh pakaian dengan motif daun-daun ecoprint. FOTO : JOANINHA ELISA VAZ/RADAR DEPOK   RADARDEPOK.COM, DEPOK - Akhir-akhir ini masyarakat mulai menyadari tren gaya hidup ramah lingkungan dan berupaya menjaga kelestarian alam. Tren ini mulai merambah sektor usaha seperti busana, salah satunya batik  Ecoprint. Sesuai namanya ecoprint berasal dari kata Eco asal kata ekosistem  dan print yang artinya mencetak. Jadi, ecoprint merupakan teknik memberi pola pada bahan atau kain menggunakan bahan alami. Di Depok ada salah satu penggerak ecoprint yaitu Wujude by Khanzaru yang mana saat ini makin diminati. "Saya ingin mengeksplor kekayaan alam yang dituangkan dikain berupa batik," ujar Owner Wujude, Sri Suparwati kepada Radar Depok. Sri menjelaskan, daun yang digunakan pun hanya daun-daun tertentu seperti daun lanang, daun jarak kepyar, daun jarak bulung, daun jati, daun ecaliptus dan masih banyak lagi jenis daun dengan kualitas tani yang bagus. Pewarna yang digunakan agak susah didapatkan karena berasal dari bahan alami. Untuk di Depok seringkali susah mendapatkannya seperti kayu tingi, tegeran, kulit buah jolawe yang didatangkan langsung dari Jawa Tengah. Sementara untuk pewarna yang berada disekitar lingkungan rumah seperti daun mangga yang menghasilkan warna hijau kekuningan, kulit manggis atau sabut kelapa biaa dijadikan sebagai pewarna ecoprint. Media yang digunakan untuk ecoprint adalah kain, kertas, kulit, dan keramik. Wujude sudah memproduksi kain, syal, jilbab, pakaian serta souvenir dengan teknik ecoprint. Kisaran harga yang diberikan mulai dari Rp50 ribu hingga Rp1,8 juta tergantung media yang digunakan. Produk ecoprint Wujude sudah dibawa hingga mancanegara seperti Paris, Belanda dan Palestina. "Kedepannya bisa terus memaksimalkan untuk memproduksi yang memang dari alam semuanya,” tutup Sri. (rd)   Jurnalis : Joaninha Elisa Editor : Pebri Mulya