RADARDEPOK.COM-Baju menjadi salah satu barang yang mendominasi karena tidak akan basi dan dibutuhkan oleh semua orang. Tidak heran jika toko baju menjamur di berbagai tempat mulai dari baju murah yang harganya puluhan ribu hingga baju branded yang harganya jutaan rupiah.
Salah satunya yaitu toko baju Sherly Second Import Kota Depok yang berdiri selama 4 tahun offline dan untuk online nya sudah 8 tahun. Berawal dari senang mengoleksi baju thrift dan akhirnya menjadi penjual baju thrift.
“saya posting pertama di blackberry di profil, lalu saya posting banyak yang tertarik, saya coba dulu untuk ambil sedikit – sedikit lalu saya posting lagi di Facebook dan laku terjual. Beberapa lama saya mulai sedikit ambil banyak barang untuk jual dan ternyata laku dan akhirnya saya terjun ke thrift mulai ambil dalam jumlah yang banyak,” ungkap Pemilik Sherly Second Import, Sherly Carolina kepada Radar Depok, Senin (26/9).
Ia menjelaskan, ada dua konsep penjualan, baik secara online maupun offline. Bahkan, tak jarang toko ini nmelangsungkan live streaming di kanal facebook dengan akun sherly carolina. Jadi bagi pecinta baju thrift, wajib hukumnya belanja di toko ini.
“kalau kita toko offline nya ada, online nya juga ada. Kalau untuk nama toko kita kan Sherly, kalau untuk online nya di Facebook Sherly Carolina. kalau selain di Facebook paling di wa story sama di Instagram. Cuma untuk live streaming-nya di Facebook,” ungkapnya.
Kelebihan yang ditawarkan toko Sherly menggunakan kualitas grade A yang sudah disortir supaya barang yang dijual memiliki kualitas yang bagus.
“Kalau disini kita ambilnya perkarung dari Korea dan Jepang, kita juga sudah bekerja sama dengan distributornya. kita mengambil kualitas grade A yang sortirannya sudah bagus begitu,” jelas Sherly.
Dengan harga yang terjangkau mulai dari RP 10.000 sampai RP 120.000. Kalian yang penasaran dengan kualitas dan keaslian baju di toko ini, bisa langsung sambangi ke Pondok Pesantren Nurul Huda, Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. (mg4)
Jurnalis : DEASZULVA
Editor : Arnet Kelmanutu