Walikota Bantah Depok Kota Intoleran, Sebut Ada Sekolah Uskup

RADARDEPOK.COM - Walikota Depok, Mohammad Idris kembali merespon penyematan kota intoleran selama tiga tahun berturut-turut, dari Setara Institute terhadap wilayahnya.

Bantahan itu dilontarkan Mohammad Idris usai memimpin upacara bendera Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) di Balaikota Depok, Kamis (17/8).

Baca Juga: Ide Jualan, Resep Pancake Mangga yang Lembut Legit dan bikin Ketagihan

Buktinya, kata Mohammad Idris, terdapat sebuah sekolah bagi umat Katolik yang ingin menjadi uskup.

Menurut Mohammad Idris, kehadiran sekolah itu merupakan bentuk toleransi dan kerukunan umat beragama di wilayahnya.

Bahkan, keberadaannya tidak pernah terganggu gugat dari umat bergama lainnya.

Baca Juga: Ketua DPP KBMTR, Markus Refwalu : Terima Kasih Presiden Jokowi Sudah Kenakan Baju Adat Tanimbar

"Salah satu contohnya kita punya ruang, kalau di Islam pesantren ya boarding school, nah ini sekolah untuk calon calon uskup, itu adanya di Jalan Dahlia. Itu tak pernah diusik dan kita tak pernah mempermasalahkan, dan berjalan program programnya," ungkap Mohammad Idris, Jumat (18/8).

Mohammad Idris mengatakan, penyematan kota intoleran kepada Depok juga membuat Romo atau Pastur yang merupakan pemuka agama Katolik menjadi geram.

Baca Juga: Pahlawan Margonda: Jejak Perjalanan Menuju Nama Jalan Terkenal di Depok yang Menginspirasi

"Ini kalau dibilang intoleran itu luar biasa, para romo romo kesal juga, mereka merasa damai tapi kok dibilang ada intoleran," jelas Mohammad Idris.

Selain itu, beber Mohammad Idris, usulan Raperda Penyelenggaraan Kota Religius (PKR) yang dianggap mengarah ke agama tertentu itu tidak benar. Bagi Mohammad Idris, anggapan itu bagi masyarakat atau kelompok yang belum membaca Raperda tersebut.

Baca Juga: Eksplorasi Nikmatnya Nongkrong: 5 Kafe Berkonsep Garden dan Rooftop di Depok yang Wajib Dikunjungi

"Ini berarti memang tidak dibaca raperda itu dan sekarang masih ditahan oleh kementerian untuk dilanjutkan," tutur Mohammad Idris. ***