INDAH/RADAR DEPOK PAMERKAN: Agus Suherman (kanan) dan Amung Noin (kiri) pamerkan topeng yang biasa digunakan saat pentas kesenian topeng.
Seni adalah hak yang dimiliki setiap orang. Siapapun bisa belajar dan menggeluti dunia kesenian. Tiap daerah memiliki kesenian dan khasnya masing-masing. Tidak terkecuali Depok yang memiliki kesenian Topeng Betawi. Tidak banyak yang mengetahui Kesenian Topeng Betawi ini memiliki keturunan yang masih melestarikan kesenian tersebut hingga sekarang.
Laporan: INDAH DWI KARTIKA
Senja menjelang ketika mengunjungi rumah salah satu penerus kesenian Topeng Betawi, Agus Suherman di Jalan Gadog Raya, Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis. Sambutan hangat tuan rumah sangat ramah saat mempersilahkan Radar Depok memasuki rumah yang tidak terlalu besar tersebut.
Agus Suherman merupakan turunan ketiga dari kesenian Topeng Betawi. Kong Djiun merupakan orang pertama yang mempopulerkan Topeng Betawi yang sekaligus merupakan kakek dari Agus yang biasa disapa Agus Badak. Saat ini Agus menjadi salah satu penerus kesenian ini.
Sejak kecil ia dan kakak-kakaknya diajarkan kesenian tersebut. Hingga saat ini ia membuka sanggar kesenian bernama Limah Djiun. Limah diambil dari nama ibunda Agus, sedangkan Djiun diambil dari nama sang kakek yang membuat kesenian Topeng Betawi.
“Saya hidup dari topeng. Dari jaman dahulu saya dan abang-abang saya semua diajarkan kesenian ini. Saya yakin ini bukan hanya turunan saja ditularkan ke kami, nantinya pasti ada manfaatnya. Salah satu manfaatnya melestarikan budaya yang sudah ada sejak jaman Kong Djiun,” kata Agus.
Bahkan, selain melestarikan budaya yang sudah turun temurun sejak kakeknya hingga diteruskan padanya, ia juga berpenghasilan dari topeng. Banyak yang akhirnya mengundangnya, karena Agus sudah dipercaya oleh para pengundangnya. Seperti Dinas Pariwisata DKI Jakarta.
“Saya hidup dari kesenian ini. Saya cari makan malah di DKI Jakarta. Karena di sini tidak dihargai oleh pemerintah Kota Depok. Yang banyak ngundang saya malah dari Dinas Pariwisata DKI Jakarta,” katanya sambil menyeruput kopi panas yang dibuat istrinya.
Dari kesenian ini, ia belajar banyak hal mengenai Topeng Betawi. Mulai dari kesabaran, keikhlasan, pertemanan, persaudaran. Meski saudara-saudaranya juga memiliki sanggar kesenian sendiri, Agus tetap mau membantu pementasan saat ia dibutuhkan.
“Dari kecil memang sudah tolong menolong apapun kesusahannya. Jadi itu juga yang kita lakukan sekarang ke abang-abang saya yang memiliki sanggar. Kalau mereka minta bantuan untuk pentas, dan tidak ada orang yang bisa diandalkan saya pasti membantu,” katanya. (bersambung)