metropolis

Bertekad Menyetarakan ABK Dimata Masyarakat

Senin, 13 November 2017 | 10:15 WIB
ADE/RADAR DEPOK
MULIA : Puluhan penyandang disabilitas atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dari Yayasan Sahabat Karunia Rahman saat melakukan kunjungan ke salah satu rumah keramik di Kota Depok. kegiatan tersebut salah satu program rutin dari yayasan tersebut.

Setiap manusia memiliki derajat yang sama dihadapan Tuhan, tak terkecuali bagi penyandang disabilitas atau sering disebut sebagai Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dengan dorongan dan panggilan hati, seorang pria muda di Kota Depok membangun sebuah yayasan yang fokus mendidik para penyandang disabilitas.

LAPORAN : ADE RIDWAN YANDWIPUTRA

  Masih maraknya praktek bullying terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), patutnya menjadi perhatian. Belum lama terjadi salah satu universitas kenamaan di Kota Depok, seorang ABK menjadi bahan ejekan teman sekampusnya hingga menjadi sorotan publik. Berkaca dari peristiwa demi peristiwa, Abdurrahman tergerak hatinya membuat sebuah yayasan yang menampung puluhan ABK di Kota Depok. Dengan tekad membantu para penyandang disabilitas, Abdurrahman bahkan hingga meninggalkan pekerjaan yang sudah ia geluti selama bertahun tahun sebagai Fisioterapi disalah satu rumah sakit ternama. Diceritakan olehnya, yayasan yang ia berinama Yayasan Sahabat Karunia Rahman tersebut terbentuk pada bulan Juni 2015. Bermula dari dorongan beberapa orang tua yang memiliki ABK datang kepada dirinya, untuk dapat membuat sebuah lembaga atau wadah pembelajaran dan terapi anak anak ABK. “Pertanyaan itu datang tiba tiba, dan belum sempat terfikirkan oleh saya,” kata pria yang biasa disapa Rahman itu. Tawaran tersebut datang karena Rahman sangat telaten dalam melakukan Fisioterapi khusunya pada anak yang mengalami gangguan bahasa, bicara, suara dan irama kelancaran. Rahman mengira, datangnya tawaran tersebut merupakan kesempatannya untuk berbuat baik terhadap lingkungan. Akhirnya, Juni 2015 yang saat itu bertepatan dengan bulan Ramadan, ia memberanikan diri untuk mendirikan lembaga yang waktu itu ia beri nama Karunia Center. Karena modal yang masih sedikit ia masih berada dibawah naungan yayasan salah satu kerabatnya. “Saya coba-coba dengan berdiri dibawah naungan Yayasan Taman Firdaus Alghofar, karena memang pada waktu itu saya masih memikirkan mengenai pembiayaannya bila membuat akta notaris yayasan sendiri,” lanjut Rahman. Jatuh bangun ia rasakan, mulai dari mendapatkan omelan dari keluarga besarnya karena anak ABK tersebut ia tampung dengan orang tuanya, sehingga beberapa saudaranya tak ada yang setuju. Hingga rasa frustasi disaat sang istri hendak melahirkan anak kedua dan mengurus ABK, agar kegiatan belajar tetap berjalan yang keduanya memerlukan biaya yang cukup tinggi. “Namun, karena motivasi saya ini adalah panggilan hati untuk dapat membantu mereka, semua masalah dapat saya lewati,” lanjut Rahman. Bermula dari 3 orang ABK dan dua orang helper saat baru terbentuk, hingga saat ini setelah 2 tahun berjalan, ia sudah mampu mengasuh puluhan ABK dengan puluhan helper pula. Tak hanya itu, Karunia Center pun sudah berada dibawah naungan yayasan yang ia bentuk sendiri yaitu YAYASAN SAHABAT KARUNIA RAHMAN. Nama sahabat ia ambil karena memang beberapa tenaga kerja yang bergabung disini merupakan bagian dari beberapa rekan sejawat. Karunia bermakna kami hanya diberikan amanah oleh orang tua untuk menjaga dan mendidik anak-anak, kemudian Rahman adalah inisial dari namanya. Bukannya tanpa hambatan, yayasan yang kini mengontrak di sebuah rumah di kawasan Sawangan Permai, RT06/09, Kelurahan Pasir Putih, Sawangan tersebut, mendapatkan masalah baru yakni  tidak setujunya tetangga sekitar terutama disebelah rumahnya karena merasa terganggu dengan keberadaan anak-anak terutama dengan teriakan-teriakan spontan yang keluar dari para anak disabilitas tersebut dimalam hari. “Ya itu menjadi cobaan kami, intinya kami berusaha agar mereka (ABK) bisa mendapatkan hak yang sama dimata masyarakat,” lanjut Rahman. Meskipun kini telah memutuskan untuk berhenti bekerja dan yayasan yang ia bentuk pun tidak semata mengejar profit, karena motivasi dan tekadnya, ia memiliki kesenangan dan kepuasan pribadi dalam dirinya. Banyak anak didik yang kini telah memiliki potensi, salah satunya ada anak didiknya yang pada awalnya di pasung. Namun alhamdulillah saat ini ananda sudah dapat bersoasilosasi dengan lingkungan sekitar, dan bahkan beberapa lukisan yang memang menjadi bakatnya bisa terjual dengan mahal. “Kami pun membantu bagi anak-anak yang dari segi keuangan keluarganya bisa dikatakan tidak mampu dengan  (subsidi silang). Hal ini dilakukan karena memang visi kami ialah memberikan pelayan dan pengkhidmatan bagi anak anak ABK,”’ pungkasnya. (bersambung)

Tags

Terkini