INDAH/RADAR DEPOK BUTUH BANTUAN: Nur Hasanah (terbaring), dikunjungi aparatur Kelurahan Mekarsari dan Pokja Sehat Kelurahan Mekarsari, Jumat (8/12).DEPOK – Nur Hasanah hanya bisa terbaring di sebuah tempat tidur di rumah orangtuanya, Kampung Tipar RT08/06, Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Cimanggis.
Sudah kurang lebih 10 bulan, perempuan 29 tahun tersebut mengidap penyakit emboli. Di mana adanya hambatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh gumpalan darah atau udara dan mengakibatkan terganggunya sistem organ tubuh manusia seperti jantung, otak, dan paru-paru karena pasokan oksigen terhambat.
Penyakit ini bermula kala Nur ingin melahirkan anak kedua yang bernama Khanza, pada Februari 2017.
Saat itu Nur dilarikan ke RSIA Restu Kasih dan dokter menyarankan untuk dicaesar. Saat operasi berlangsung, air ketuban bayi pecah dan masuk ke darah Nur, sehingga menyebabkan penyumbatan.
“Saat lahiran, kata dokter, Nur kejang-kejang lalu air ketubannya pecah dan masuk ke tubuhnya,” kata ibunda Nur, Asnawati saat ditemui di kediamannya, Jumat (8/12).
Setelah melahirkan, Nur dirujuk oleh dokter RSIA Restu Kasih ke RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
Dokter mengatakan Nur mengidap Emboli. Nur dirawat di RSCM selama 1,5 bulan dan tidak mengalami perubahan ke arah baik.
Dokter RSCM menyarankan agar Nur pulang dan dirawat di rumah. Karena saat periksa darah, jantung, dan paru-paru semua dalam keadaan sehat.
“Dokter bilang semakin lama dirawat, semakin sakit. Karena banyak virus di rumah sakit. Jadi kami pulang,” cerita Asnawati.
Kini, Nur hanya bisa terbujur di tempat tidur. Kebutuhan makan dan minum pun menggunakan selang yang ditancapkan di hidungnya.
Bukan hanya itu, ia tidak dapat bernapas menggunakan hidungnya, dan terpaksa dokter membuat lubang di tenggorokan untuk bernapas dan mengeluarkan dahak saat batuk.
“Saat di ICU, Nur pakai alat bantu pernapasan. Pas dilepas Nur malah sesak nggak bisa nafas dan gelagapan. Jadi kata dokter harus dibolongin biar bisa nafas. Akibatnya kalau dibolongi, Nur nggak bisa bicara, Nur juga nggak bisa duduk,” ujar Asnawati.
Sedangkan kondisi Khanza, anak kedua yang Nur lahirkan berusia 10 bulan sangat sehat. Khanza dirawat oleh suami dan mertua Nur di Cibubur, Jakarta Timur.
Sedangkan anak pertama Nur, Afza Pramana tinggal di rumah orangtua Nur. “Setelah menikah, Nur tinggal bersama suami dan mertuanya di Cibubur. Jadi KK dan KTP Nur Jakarta. Saat sakit seperti ini dirawat sama saya dan bapaknya. Suaminya pun sekarang jarang ke sini. Saya juga nggak tega meminta uang karena suaminya sedang nganggur,” ujarnya.
Kondisi orangtua Nur pun sangat kurang. Asnawati sampai rela kesana-kemari untuk mencari bantuan, seperti ke Laznas, Peduli Kasih, hingga rela menuju Indosiar untuk mendaftarkan diri menjadi peserta dalam program TV Mikrofon Pelunas Hutang Indosiar.
“Saya mah rela kemana juga untuk mencari bantuan. Pernah sampai jual gula dan minyak goreng untuk uang perjalanan menuju ke tempat itu. Alhamdulillah tetangga saya di sini peduli sekali, ada saja yang memberikan bantuan buat Nur,” katanya.
Saat ini Nur masih menjalani perawatan di RSIA Restu Kasih untuk fisioterapi dan memeriksa syaraf setiap minggunya.
Kendati Nur memiliki BPJS, namun tidak semua dapat tercover. Ada beberapa obat yang tidak tercover menyebabkan sampai sekarang Nur masih membutuhkan banyak biaya.
“Keperluannya banyak. Obatnya kan ada yang tidak dicover BPJS, ya kita harus beli. Pampersnya juga butuh banyak, karena setiap dua jam sekali saya ganti. Belum makannya itu diblender semua sampai halus dan banyak sayurannya. Ya kebutuhannya banyak sekali,” kata Asnawati.
Ketua RW06 tempat tinggal orangtua Nur, Hanafi mengatakan jika Nur memerlukan perawatan lebih lanjut, dan biaya yang dibutuhkan untuk perawatan sehari-hari juga banyak.
“Kondisi secara umum belum sehat betul, masih sering kontrol. Banyak butuh biaya juga untuk transportasi. Obat-obatan non BPJS terkendala karena keuangan keluarganya yang terbatas,” kata Hanafi.
Terpisah, Kepala Puskesmas Kelurahan Mekarsari, Hilma mengaku sudah berkunjung menjenguk Nur. Namun, puskesmas tidak dapat berbuat banyak.
“Petugas kami sudah ke rumah pasien, kondisi anak sehat. Kalau penderita sudah punya BPJS, tapi memang beberapa obat yang tidak dicover BPJS. Hal tersebut di luar kemampuan kami,” kata Hilma. (ind)