AHMAD FACHRY/RADAR DEPOK AWAS: Jalur pedestrian yang rusak dan berlubang di kawasan Jalan Margonda Raya, kemarin. Hal ini tentunya sangat membahayakan para pengguna jalur tersebut.DEPOK – Lubang menganga di pedestrian sepanjang Jalan Margonda Raya semakin membahayakan pejalan kaki. Pasalnya pedestrian di Kota Depok masih banyak yang dibiarkan menganga.
Guna mengkritisi banyaknya kendaraan bermotor yang melalui pedestrian juga banyak mural yang bertebaran di Jalan Margonda Raya. Dua bulan penutup gorong-gorong di pedestrian Jalan Raya Margonda yang hilang belum juga diperbaiki. Hingga kemarin, lubang menganga siap kembali 'melukai pengguna jalan'.
Ketua Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) DPC Kota Depok, Mohammad Faisal mengatakan, banyak anggota Pertuni yang terjatuh kala berkeliling berdagang kerupuk.
Faisal mengatakan, 70 persen dari total 110 anggota Pertuni Kota Depok mencari nafkah dari berjualan kerupuk.
Kebanyakan dari mereka memilih berdagang di jalan besar yang memiliki risiko besar, karena banyak dilewati pengendara.
“Umumnya berdagang dan berkeliling di jalan raya seperti Jalan Margonda Raya, jadi bukan di jalan perumahan warga. Makanya butuh akses trotoar yang bagus,” katanya kepada Radar Depok, kemarin.
Faisal pernah menyampaikan keadaan ini kepada Pemkot Depok, dan mereka mengakui kalau kondisi trotoar di Depok tidak ramah bagi penyandang disabilitas.
“Saya sudah menyampaikan hal ini sejak tahun 2013 saat Nur Mahmudi Ismail masih menjabat Walikota Depok,” terangnya.
Namun hingga kini Faisal menilai tetap belum ada upaya nyata yang dilakukan Pemkot Depok bagi warganya.
“Belum ada ruas jalan yang bisa dijadikan contoh, karena masih banyak teman-teman yang jatuh ketika berjalan. Tunanetra kan kalau jalan berpatok pada trotoar,” ujar Faisal.
Selain itu, Ketua Koalisi Pejalan Kaki, Alfred Sitorus mengungkapkan, seorang warga Depok terperosok ke dalam saluran air di Jalan Tole Iskandar pada Jumat pekan lalu (31/8). Warga yang diketahui bernama Cahyo itu mengalami luka di bagian wajah dengan sembilan jahitan.
Saluran air tersebut semestinya ditutup dan menjadi area trotoar atau tempat pejalan kaki melintas. Namun, lanjut Alfred, pemkot justru tak menyediakan fasilitas yang laik bagi pejalan kaki. Akibatnya, seorang warganya terjatuh dan terluka karena buruknya fasilitas pejalan kaki di tepi jalan yang menyisakan lubang-lubang menganga. “Jadi Depok itu tempat bunuh dirinya pejalan kaki,” kata Alfred. (rub)