REGI/RADAR DEPOK BELUM SEMPAT : Yuliawati bersama nasabah Bank Sampah Sasak 07 menunjukan sampah yang dikumpulkan warga.
Perjalanannya dalam mempelajari suatu karya tangan dengan menggunakan bahan-bahan bekas, tak semulus yang ia bayangkan. mulai dari jatuh sakit, hingga kepergian ibu kandungnya menjadi pukulan keras bagi ibu dua anak ini.
Laporan : Regi Pranata Bangun
Belum habis cerita perempuan kelahiran 1979 Kota Depok, Yuliawati. Dia sempat jatuh sakit dan dirawat selama satu minggu di salah satu Rumah Sakit Kota Depok. “Mungkin karena saya kecapean. Belum lagi, ada benjolan diantara mata dan hidung yang harus dioperasi,” kata dia mengingat.
Dia juga menjelaskan, hal itu menjadi penghambatnya dalam mempelajari kerajinan tangan. Istri dari Sahri Zainal ini mengatakan, sepulang dari rumah sakit. Hanya dapat tertidur dan dianjurkan untuk beristirahat. “Jadi sedikit terhalang. Cuma namanya juga ibu-ibu tetap saja saya tidak betah hanya berdiam diri saja,” imbuhnya.
Dengan memaksakan, peremapuan berumur 39 tahun ini beranjak dari tempat tidur, dan membuat kerajinan tangan dengan bahan bungkus plastik kopi. “Dari pada saya harus terus tertidur di kasur. Mending saya paksakan, biar badannya juga tidak manja,” ujarnya
Setelah dapat membuat berbagai macam kerajinan, perempuan yang juga Ketua Bank Sampah Kampung Sasak, Kelurahan Limo ini. Menjual berbagai pernak-pernik hasil kerajinan tangannya. Biasanya, ia menjual pernak-pernik tersebut di acara-acara atau untdangan dari teman sebayanya. “Saya jual biasanya, di event-event tertentu,” imbuhnya.
Namun, Perempuan berjilbab ini mengatakan, sebelum berhasil membuat kerajianan tangan dan dapat menjualnya. Orang tuanya telah kembali ke sisi Tuhan. Padahal, Yuli berkeinginan untuk memberikan hasil penjualan dari setiap kerajinan, akan ia berikan untuk ibunya yang sedang sakit. “Namun belum sempat,” ungkapnya
Kini, selain Yuli tetap fokus dengan kerajinan tangan. Ia juga sibuk mengurus Bank Sampah yang telah dibentuk sejak 2015 lalu. Saat ini juga dia mengurus Bank Sampah yang bernama Bank Sampah Sasak 07 Berkreasi. “Tadinya tidak sendiri. Saya bertiga, cuma sudah lama dua orang lainnya pergi, jadi mau gak mau harus tetap dijaga,” tandas Yuli. (cr1)