KOMPAK LATIHAN: Sejumlah pemuda-pemudi saat melakukan latihan di salah satu sanggar milik rekan Sanggar Bina Remaja Kreasi (SBRK) di Jalan Merdeka, Sukmajaya, Kota Depok. Foto : ARNET/RADARDEPOKRADARDEPOK.COM, DEPOK- Pencak silat sebagai wadah menjaring para remaja agar lebih kreatif dan bermanfaat dimaksimalkan oleh Sanggar Bina Remaja Kreasi (SBRK). Kini puluhan remaja dibina dalam wadah perguruan pencak silat Kembang Badur.
Laporan : Arnet Kelmanutu
Ciri khas perguruan pecak silat Kembang Badur yang lahir dari rahim budaya dan seni mengenakan dresscode andalan mereka. Celana menggantung hitam dan baju lengan panjang hitam, tak lupa ikat pinggang hijau layaknya dedengkot Betawi zaman dulu.
Hap..haapp.. suara yang keluar dari murid-murid Kembang Badur dalam setiap gerakan. Rapi mereka berbaris, muda, tua, hingga anak-anak. Bagi yang perempuan mereka seirama mengenakan hijab putih.
“Suara itu biar mereka semangat dan fokus pada setiap gerakan, jadi nggak gampang lupa,” jelas Pembina Pencak Silat Kembang Badur, Engkong Nada saat memperhatikan muridnya yang tengah berlatih.
Dalam barisan tersebut ada salah satu remaja yang dresscodenya beda dari yang lain, ia hanya mengenakan pakaian biasa tapi semangatnya membuat basah akibat kringat yang keluar. Ketika ditanya pada Engkong, dia si bangor, biasa kita sebutnya.
Mungkin karena tubuhnya penuh dengan gambar tato makanya di sebut si bangor. Namun tak hanya itu, Imron Maulana yang juga Pembina SBRK membeberkan tentang si Bangor yang telah sukses berbalik arah 180 derajat.
“Dia paling bangor, bandel. Dulu dia ketergantungan narkoba dan tindak kriminal. Alhamdulilah kini sudah berubah, setiap hari berkegiatan sama dan engkong di sanggar,” penjelasan Imron saat tanda tanya besar keluar dari kepala, siapa pemuda itu.
Imron dan engkong Nada yang miliki keyakinan kalau kembang badur bisa membuat sejumlah pemuda melempem, tapi bukan karena jurus namun karena wadah yang siapkan sanggar penuh dengan kegiatan sehingga mereka suka dan bergaul bersama membuat hal yang bermanfaat.
Ada sekitar 10 orang remaja yang serupa dengan si bangor. Namun kini telah asyik berkegiatan, mereka memilih sendiri kegiatan apa yang sesuai dengan dirinya. Ada yang memelihara ikan lele dan ayam untuk di jual, ada juga yang mural, musik, hingga ada juga yang bisa mengaji, kemampuannya di luar temannya.
“Nah kalau yang ini tinggal kita poles atau bedakin jadi cakep dah ngajarin anak-anak kecil di Sanggar pada ngaji. Itung-itung nambah tenaga mengajar,” ungkap Imron sambil iseng menepak kendang milik SBRK.
Usai berbincang sambil melihat latihan pencak silat, kami menyudahi karena waktu deadline kantor yang tak bisa dikompromi. Tak lama berpamitan kepada semua yang ada di sanggar, mereka memberikan sebuah hasil karya mereka yang dengan tangan lihainya (*)