metropolis

Pernah Jadi Bek, Kini Satu-satunya Kiper Perempuan

Kamis, 18 Juli 2019 | 11:42 WIB
MENGINSPIRASI: Reka Agustian (19) kiper perempuan saat mengenakan seragam Clinic Goalkeeper Depok Utara yang menjadi tempat latihannya. Foto : ARNET/RADARDEPOK RADARDEPOK.COM - Tak kenal kata menyerah, entah apa yang ada dibenak Reka Agustian (19) yang begitu mencintai sepak bola. Padahal tak mengalir gen pesepak bola dalam tubuh keluarganya apalagi di posisi kiper. Meski harus bersaing dengan kiper pria, semangatnya tak luntur. Ditambah cidera angkle menghinggapinya. Laporan : Arnet Kelmanutu Reka Agustian (19), dia lah satu-satunya kiper perempuan yang ditarik Agus Arianto untuk berlatih khusus. Aura perempuan lulusan SMK Sumedang ini menarik diulas. Mengenakan hijab hitam dan seragam warna senada hitam merah jambu, Reka duduk tepat sebelah saya dengan alas rumput hijau. Ternyata belum menginjak usia 8 tahun, ia sudah bergelut dengan si kulit bundar. “Saya dulu pernah jadi bek, terus penyerang tapi saya nggak mau lagi karena sempat cedera angkle. Nah pas kelas 4 SD saya mantap di posisi kiper,” ucap Reka tersenyum. Karirnya terus berlanjut, ia menceritakan ketika harus pindah ke luar kota yaitu Kota Sumedang dan berpisah dengan teman satu timnya. Justru di sana kiprahnya tak berhenti, ekskul futsal di sekolahnya diikuti bersama dengan perempuan lain. Meski banyak perempuan alergi dengan bola, Reka justru sebaliknya menunjukan begitu lengketnya dengan si kulit bundar. Reka mengaku, tak bisa melupakan bagaimana perjuangannya saat bertanding antar sekolah se-Kota Sumedang. Reka bersama rekan satu timnya masuk delapan besar. Namun sayang, langkahnya terhenti. “Itu paling berkesan. Alhamdulillah keluarga, ayah dan bunda mendukung penuh, kalau nonton suara ibu paling besar memberi semangat,” kata Reka ketika ditanya dukungan yang didapat dari keluarga. Saat kembali ke Kota Depok, setelah dirinya lulus SMK yaitu pada bulan Mei 2019 lalu. Seorang pelatih memberi informasi bahwa ada Clinic Goalkeeper Depok Utara membuka latihan secara gratis. Tak perlu waktu lama, dari kediamannya di Kalimulya, ia langsung menancap sepeda motornya menemui mantan pelatihnya itu. “Akhirnya saya dapat latihan disini secara gratis. Ini harus terus berkembang. Buat perempuan mari bergabung, jangan takut sama bola. Main bola itu enak dan seru, anti mainstream,” tambahnya sambil tertawa menutup mulutnya. Rasa bangga juga dirasakan Kepala Pelatih Clinic Goalkeeper Depok Utara, Wahyu Ramadhani menyahut obrolan kami, Wahyu nilang dia sang inspirasi perempuan di Kota Depok serta membakar semangat kami sebagai pelatih. “Kiper sudah mendarah daging pada dirinya. Dia akan menjadi cambuk kita untuk terus berjuang menciptakan bibit kiper di Depok,” sambar Wahyu, pria dengan perawakan gendut dan brewok yang lebat. Usai berbicang, mereka segera merapihkan perlengkapan yang menjadi kebutuhan latihan. Cont, bola, dan lainnya di tata rapih bersama tanpa terkecuali, baik pelatih, anak murid, maupun orang tua. Sebelum kumandang adzan Maghrib mereka sudah rapih dengan baju salin yang bersih dan wangi. Berjalan menuju kendaraan mereka masing-masing menuju kembali ke rumah tanda latihan hari ini usai. (*)

Tags

Terkini