DEPOK- Pasien Diabetes Melitus (DM) di Indonesia menduduki peringkat keempat terbesar di Asia dan peringkat ketujuh di dunia. Di kota depok, sebanyak 15% penduduk kota Depok menderita DM.
Pengetahuan yang rendah tentang bahaya dan tatalaksana nutrisi penyakit DM, serta kurangnya deteksi dini penyakit DM, memberikan kontribusi keparahan dan komplikasi penyakit.
Kegiatan ini bertujuan mengurangi tingkat prevalensi dan keparahan DM di Gandul dengan cara preventif. Khalayak sasaran dalam kegiatan ini adalah ibu-ibu lansia anggota posbindu Anggrek Bulan Gandul dan posbindu Delima Senja, Gandul, Cinere.
Pelaksanaan kegiatan ini menggunakan metode penyuluhan dan tanya jawab. Kemudian diadakan deteksi gula darah secara berkala perbulan, dan pengukuran lingkar perut dan berat badan untuk melihat gejala obesitas.
Antusiasme dari para peserta cukup baik dilihat dari kehadiran peserta yang datang. Deteksi dini dilakukan secara berkala per bulan dan didapatkan 2 (2 dari 34 ibu-ibu) ibu-ibu lansia Posbindu Anggrek Bulan dan 4 ibu-ibu lansa di Posbindu Delima Senja (4 dari 30 ibu-ibu), telah mengidap DM tipe 2.
Pengetahuan tentang DM diukur dengan kuesioner. Hasil kuesioner memperlihatkan 3 (10%) orang dengan hasil yang baik, 4 (13,3%) orang dengan hasil cukup, dan 23(76,67%) orang dengan hasil buruk setelah penyuluhan.
Kata kunci : diabetes mellitus, lansia, kelurahan gandul, posbindu.
Menurut dosen fakultas kedokteran, universitas veteran, dr. Retno Yulianti mengatakan jumlah penderita DM di Indonesia menempati urutan keempat terbesar di Asia dan urutan ketujuh di seluruh dunia.
Kota Depok di Indonesia, menduduki peringkat kedua terbanyak jumalh penderita DM. Sebanyak 15% penduduk kota Depok menderita DM. Kota Depok menduduki peringkat kedua terbanyak penderita diabetes mellitus se-Indonesia setelah Maluku Utara.
Menurut Dinas Kesehatan Depok tahun 2017, dari seluruh rumah sakit yang ada di kota Depok, Diabetes Mellitus termasuk dalam pola 10 besar penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan (11,76%) dan rawap inap (14,5%) serta penyebab kematian (6,84%).
Pengetahuan tentang bahaya dan deteksi dini DM masih sangat rendah. Banyak para lansia tidak menyadari bahwa sudah memasuki tahap pra DM, dan harus melakukan tindakan preventif untuk mencegah keparahan penyakit menjadi DM atau bahkan komplikasi.
Hal tersebut dikarenakan kurangnya informasi yang dimiliki oleh masyarakat tentang Diabetes Mellitus. Kejadian Diabetes Mellitus berhubungan signifikan dengan obesitas. Gejala obesitas dapat dilihat dari lingkar perut secara tidak langsung.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian obesitas sentral, yang berhubunngan secara tidak langsung dengan terjadinya Diabetes Mellitus.
"Selain itu, tingginya pengukuran gula darah sewaktu ≥200 mg/dLdisertai dengan gejala poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, dapat menjadi indikasi adanya penurunan fungsi insulin dan mulai terjadinya pra-DM," kata Retno Yulianti.
Dalam kesempatan tersebut juga dihadiri oleh sejumlah dosen dari universitas veteran, dr. Retno Yulianti, Andri Pramesyanti, danNanang Nasrullah. (rub)