metropolis

Mengenal Sosok Pendongeng Galuh Kencono Wulan (2) : Tularkan Hobi Hingga Terbitkan Sembilan Buku

Senin, 21 Juni 2021 | 09:15 WIB
RADARDEPOK.COM - Kecintaan Kak Galuh di dunia literasi terus ditularkan kepada anak-anak dengan cara yang menarik. Bahkan, kini dia sudah menulis sembilan buku hasil karyanya. Laporan : Lutviatul Fauziah Ibu tiga anak ini tidak hanya mendongeng biasa. Kadang juga menggunakan boneka sebagai media menyampaikan pesan para pendengarnya. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, selalu senang dan merasa terhibur dengan dongeng yang dibawakannya. Prestasinya dalam mendongeng pun tak perlu diragukan, sudah banyak job yang datang dari berbagai wilayah. Bahkan, pernah menjadi juara 2 mendongeng tingkat Kota Depok. Tak jarang, perempuan berhijab ini pun sering diundang mengisi workshop mendongeng. Serta beberapa kali menjadi juri lomba dongeng bersama Perpustakaan Daerah Jakarta Pusat dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Membaca, menulis, mendongeng semua dikuasai. Bahkan, perempuan berusia 40 tahun ini juga membuka kelas menulis bagi siapa saja yang ingin menungkan karya, melalui tulisan yang bisa dinikmati banyak orang. "Saya juga menulis beberapa buku dan masih memegang kelas menulis untuk anak-anak di Depok," ucap perempuan lulusan S1 Psikologi ini. Ada sembilan buku yang sudah dirinya tulis, diantaranya "Jangan Lukai Ibumu" yang terbit di 2011, "Friend To The End" di 2011. Di 2012 Kak Galuh membuat buku "A Sweet Candy For Teens," "Tuhan, Ijinkan Aku Jadi Durjana" serta "Anak Nakal atau Banyak Akal?." Selanjutnya, ibu yang hobi mendongeng ini membuat buku berjudul "Aku dan Hijab" di 2014. Dan yang terbaru di 2021 ini, dirinya menerbitkan dua buku, yaitu "Antariksa Itu Keren" serta "Eddy dan Kapten Mond di Negeri Langit". Energi positif selalu ingin dirinya tularkan, khususnya pada anak-anak agar tumbuh menjadi pribadi yang mencintai literasi dan tetap taat pada Sang Pemberi Rejeki. Saat pandemi melanda di 2020, banyak cobaan yang dirasakan. Karena ibu tiga anak ini memang bekerja ditengah kerumunan. Sedangkan, pandemi memperketat pergerakan hingga harus cari cara agar bisa bertahan. (bersambung) Editor : Fahmi Akbar 

Tags

Terkini