"Kang kalau saya ketiduran bangunin ya, saya pindah ke belakang," pesannya kepada Dudu.
Di dalam bus itu Enjat berisitirahat dengan pulas. Tanpa dia sadari, bus itu terus melaju dan melewati tempat tujuannya. Terbangun, Enjat merasa terkejut. Bus ternyata sudah tiba di Terminal Kudait.
Seketika, perasaan Enjat mulai campur aduk. Ada rasa bingung dan putus asa pada saat itu. Pasalnya, dia pertama kali menginjak bumi para nabi, ditambah dengan membawa 450 jamaah haji.
"Saya bingung, saya galau dan saya putus asa. Saya berdoa, Ya Allah baru pertama kali saya tugas hari pertama malah begini. Ya Allah beri petunjuk saya beri kekuatan dan jangan buka aib saya ke orang-orang karena sebagai ketua kloter," kata Enjat mengingat doanya.
Dia yang merasa malu kepada supir, kemudian meminta petunjuk untuk kembali ke Hotel Bakhutmah. Bahkan karena malu, dia tidak mengaku sebagai ketua kloter.
"Akhirnya, dikasih tahu supir untuk naik bus yang mutar ke Harom lagi dari Kudai keharom nanti ke Bakhotmah," ujarnya.
Sesampainya di Hotel tersebut, banyak jamaah haji yang menanyakan tentang dirinya yang baru terlihat setelah pulang dari Mekkah. Dengan malu, dia terpaksa berbohong dan beralasan mengurus laporan ke sektor jamaah haji.
"Padahal saya bohong, itu kejadian yang sangat luar biasa buat saya dan saya malu. Ternyata, memang ketika saya di Kudait itu saya inget orangtua saya yang sudah meninggal. Kemudian, saya baca Al Fatihah kirim doa buat almarhum," beber Enjat.
Setelah menutup doanya dengan kata Amin, Enjat merasa telah dibukakan jalan. Dia menyadari doa itu telah dijawab oleh sang kuasa dan akan menjadi pelajaran berharga dalam hidupnya.
"Bayangkan saja, sebagai pemimpin kloter, saya memimpin satu pesawat, saya di hari pertama saja sudah ada masalah," tandasnya.
Meski begitu, Enjat telah mengambil hikmah dari pengalaman yang akan menjadi guru terbaik dalam hidupnya. Apalagi saat ini, dia tengah mengepalai Kantor Kemenag Kota Depok. Tentunya, dia akan memberikan yang terbaik. (Bersambung)
Editor : Junior Williandro