Senin, 22 Desember 2025

Pendonor Ikuti Protokol Kesehatan

- Jumat, 28 Agustus 2020 | 09:25 WIB
DONOR : Salah seorang warga mendonorkan darahnya di Kantor PMI Kota Depok, Grand Depok City, Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Cilodong, Kamis (27/08). FOTO : AHMAD FACHRY/RADAR DEPOK   RADARDEPOK.COM, DEPOK – Selama pandemi Covid-19 kebutuhan darah di Kota Depok semakin meningkat, sementara stok darah di PMI Kota Depok menipis. Kepala Unit Donor Darah PMI Kota Depok, Dr Widya Astriani menuturkan, para pendonor di masa pandemi mengikuti protokol kesehatan pencegehan Covid-19. Prosesi pengambilan darah sebelumnya dicek suhu badan, disediakan pula sacar cuci tangan. “Area tunggu donor dilakukan di luar gedung, sirkulasi udaranya lebih baik untuk mencegah keramaian dalam gedung,” kata Widya kepada Radar Depok, Kamis (27/08). Tidak hanya itu, petugas dibekali Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai, dan lebih sering melakukan dekontaminasi peralatan. "Meski Pandemi Covid-19, kami tetap ambil darah, namun tetap menggunakan protokol kesehatan yang telah dianjurkan pemerintah," kata Dr Widya. Namun demikian, menurutnya keadaan pandemi Covid-19 sangat berpengaruh terhadap stok darah di UTD. Karena banyaknya pembatalan kegiatan Donor Darah oleh instansi dan keengganan mengadakan acara donor, karena khawatir melanggar undang-undang PSBB. Selain itu, pendonor sukarela juga berkurang dan sekarang trendnya dilakukan donor pengganti dari keluarga pasien yang membutuhkan. "Untuk menarik minat pelanggan, UTD harus mengeluarkan cost lebih tinggi agar dapat menarik minat donor dengan pemberian bingkisan," tukasnya. DONOR : Salah seorang warga mendonorkan darahnya di Kantor PMI Kota Depok, Grand Depok City, Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Cilodong, Kamis (27/08). FOTO : AHMAD FACHRY/RADAR DEPOK   Ia pun mengingatkan, agar rumah sakit yang sudah meminta darah ke PMI agar mengirimkan donor pengganti. "Karena walaupun sudah diminta donor pengganti, nyatanya banyak rumah sakit yang tidak mengirimkan donor pengganti sehingga stok kita menipis sekali," katanya. Terpisah, Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Depok, Dr Alif Noeriyanto Rahman mengatakan setiap kegiatan harus memenuhi protokol kesehatan, terlebih dalam saat pendonoran darah. “Ada tiga hal yang paling mendasar kenapa Kota Depok bisa kembali ke Zona merah. Di antaranya, protokol kesehatan yang terlalu dianggap remeh oleh sebagian masyarakat, dan kurang tegasnya penerapan peraturan pelanggaran protokol kesehatan,” terang Alif. Selain itu, tingginya angka pergerakan masyarakat dari Depok ke Jakarta yang hampir 60 persen warga Depok bekerja di Jakarta dan sekitarnya. Saat perkantoran dan industri di buka, warga Depok berbondong-bondong bolak-balik Jakarta. Status zona merah bisa saja berlangsung lama, atau bahkan bisa fluktuatif angkanya. “Disinilah peran pemerintah dan aparat diperlukan regulasi dan ketegasannya,” tegas dia. “Sekarang tenaga medis yang berusia muda dan tidak ada faktor risiko juga bisa memburuk, bahkan meninggal saat terkena covid-19,” terangnya. (rd/rub)   Jurnalis : Rubiakto Editor : Pebri Mulya

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X