Selain besar dan megah. Keberadaan Masjid Al Huda, di Kelurahan Kemirimuka, Kecamatan Beji, ternyata memiliki sejarah yang menarik. Ternyata Al Huda merupakan masjid pertama yang ada di wilayah itu.
Laporan : Indra Abertnego Siregar
RADARDEPOK.COM, Sebuah kubah masjid besar berkelir hijau, bertengger seakan mencakar langit di sekitar Jalan Karet, RT3/5, Kelurahan Kemirimuka, Kecamatan Beji. Kubah itu merupakan ornamen dari bangunan Masjid Al Huda.
Untuk dapat mencapai masjid itu, hanya harus menelusuri Jalan Karet yang berada tepat di samping Margo Hotel. Lalu lurus terus mengikuti jalan dan akan sampai di sebuah persimpangan berbentuk huruf Y. Jika sudah sampai di simpang, ambil jalur kanan, maka dalam jarak kurang lebih 20 meter, kita akan sampai di masjid tersebut.
Sesampainya di sana, terlihat beberapa jemaah masjid baru saja menyelesaikan Salat Zuhur. Kira-kira jumlahnya 50 orang. Mayoritas jemaah yang hadir dalam salat tersebut lelaki paruh baya dan Lansia.
Masjid Al Huda berukuran sangat megah untuk ukuran sebuah masjid yang berada di tengah kepadatan pemukiman di sana. luas bangunannya kurang lebih 800 meter, dengan total luas lahan 2000 meter.
“Masjid ini punya dua lantai, dan mampu menampung 1.000 orang jemaah,” kata Ketua DKM Masjid Al Huda, Muhammad Lutfi, seusai melaksanakan salat.
Ternyata pembangunan masjid itu punya sejarah yang panjang. Hingga kini, mereka tidak tahu kapan tepatnya masjid itu dibangun. Salah satu penanggalan yang mereka tahu ialah tulisan di menara masjid yang dibangun pada tahun 1938.
“Sebenernya masjid ini sudah ada jauh sebelum menara ada, tapi kita taunya hanya tulisan di menara masjid aja yaitu tahun 1938, yang menunjukkan tahun pembuatan menara,” tuturnya.
Selain menjadi masjid pertama di Kemirimuka, Al Huda juga diceritakan menjadi masjid pertama untuk kawasan Pondok Cina, Kukusan, Kelapa Dua, hingga Mampang.
“Dulu itu, orang dari Pondok Cina, Mampang, Kukusan, Kelapa Dua, itu kalau salat Jumat ke masjid ini, soalnya di wilayah mereka belum ada masjid,” imbuhnya.
Yang lebih mengagumkan lagi, sejak awal pembangunan hingga renovasi semegah ini, masjid tersebut dibangunan dengan swadaya masyarakat. “Masjid ini dulu dibangun secara swadaya warga, bahan bangunan mulai dari pasir hingga batu kali, diambil langsung dari Kali Ciliwung, karena jaraknya cuma 200 meter di sini,” bebernya.
Pada awal pembangunan, Masjid Al Huda hanya memiliki luas bangunan 10 kali 12 meter. Lalu, mengalami renovasi sebanyak tiga kali hingga menjadi megah seperti saat ini. “Masjidnya dulu kecil, tapi lahannya luas, makanya saya bisa bikin kantor sekretariat juga di lahannya sekarang ini,” tutupnya. (*)
Editor : Junior Williandro