RADARDEPOK.COM - Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel, salah satu bangunan yang memiliki nilai sejarah tak ternilai, yang terletak di Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok, Selasa (31/10).
Gereja GPIB Immanuel Depok pertama kali didirikan pada tahun 1713, dan merupakan salah satu peninggalan bersejarah dari tuan tanah Cornelis Chastelein.
Baca Juga: Kekerasan di Satuan Pendidikan dan Era Digitalisasi
Kepada kaum mardijkers, kelompok budak pribumi yang telah dia merdekakan, Cornelis Chastelein menyerahkan aset dan tanah di wilayah Depok, dengan syarat bahwa mereka harus memeluk agama Kristen Protestan.
Kelompok budak mardijkers ini disebut sebagai Belanda Depok, dan terdiri dari 12 keluarga: Loen, Leanders, Bacas, Isakh, Jonathans, Jacob, Joseph, Laurens, Tholense, Soedira, Samuel, dan Zadokh. Seiring berjalannya waktu, mereka memutuskan untuk membangun gereja mereka sendiri.
Tim Ahli Cagar Budaya Kota Depok, Mushab Abdu Asy Syahid mengatakan, meskipun gereja kayu ini tidak lagi digunakan setelah tahun 1792 dan informasi ini tidak tercatat dalam arsip Chastelein, laporan kunjungan pendeta Ds. S.A. Buddingh ke Depok memberikan bukti akan adanya gereja kayu ini.
"Masyarakat Nasrani Depok pada awalnya harus pergi ke Weltevreden (Jakarta Pusat) untuk beribadah karena tidak ada bangunan gereja di Depok," kata Mushab Abdu Asy Syahid kepada Radar Depok, Selasa (31/10).
Baca Juga: Tekan Angka Stunting, DKP3 Depok Gaungkan Program Gemarikan dan Gerimis Telur
Pada tahun 1817-1823, seorang pendeta Ds. Schuurkogel memerintahkan pembangunan gereja dan rumah pastori di Depok.
Gereja ini juga digunakan sebagai sekolah injil atau sekolah mingguan. Pada tahun 1847 dan 1852, ada laporan tentang pembangunan gereja baru di Depok yang kemungkinan besar menjadi GPIB Immanuel yang kita kenal sekarang.
"Seiring berjalannya waktu, gereja ini terus mengalami renovasi untuk melayani jemaat Depok," beber Mushab Abdu Asy Syahid.
Baca Juga: Atalia Praratya Tutup The Girl Fest Bandung 2023, Dihadiri Influencer Sukses
GPIB Immanuel memainkan peran penting dalam mencerminkan keberagaman kehidupan masyarakat Depok dari waktu ke waktu.
Bangunan ini adalah contoh campuran elemen arsitektur Eropa (seperti menara) dengan elemen lokal yang mencerminkan karakteristik bangunan tropis (seperti atap pelana dan teritisan).
Artikel Terkait
Kelurahan Depok Jaya Bangun Rumah Maggot
Launching Taman Ramah Anak RW4 Duren Seribu, Wujudkan Kelurahan Ramah Perempuan dan Peduli Anak
Tekan Angka Stunting, DKP3 Depok Gaungkan Program Gemarikan dan Gerimis Telur
Mengenal Sosok Kepala Kantor Pos Depok, Cecep Yusuf, Dari Pengantar Surat, Hingga Kepala Kantor : Bagian 1
Bukit Cita Cita Camping Ground , Menawarkan Keindahan City Light Puncak dan Kemegahan Gunung Gede Pangrango
Kekerasan di Satuan Pendidikan dan Era Digitalisasi