Berkenalan dengan Penulis asal Cimanggis Depok, Ahmad Bahar : Tulis Buku Gibran The Next Presiden, Dedikasikan Diri untuk Masyarakat

RADARDEPOK.COM-Dunia tulis menulis tanah air tentunya sudah tidak asing lagi dengan nama Ahmad Bahar. Penulis asal Cimanggis Depok berusia 60 tahun itu, baru saja menulis buku terbarunya yang berjudul Gibran The Next Presiden.

Laporan : Gerard Soeharly

Langkah kaki Ahmad Bahar sudah tak segesit waktu mudanya. Tetapi, semangatnya melayani masyarakat terpancar cemerlang. Saat ini, dia tak lagi memikirikan urusan dunia, melainkan tengah mengumpulkan amal ibadah untuk kelak dibawah pulang.

Baca Juga: Meriah, Turnamen Catur Piala Bang Imam Diikuti 700 Peserta Asal Depok : Ini Harapan Imam Budi Hartono

Kini, Ahmad Bahar mengisi waktu luangnya untuk mengurus pesantren yang didirikannya. Di samping itu, dia kerap menulis buku seperti yang baru diluncurkannya dengan judul Gibran The Next Presiden.

Ditemui Radar Depok di Aula Majlis Talim Komplek Bukit Cengkeh 2, Kecamatan Cimanggis, Ahmad Bahar mengaku, buku Gibran The Next Presiden telah dimasaknya sejak perhelatan Pemilu 2024, 14 Februari.

“Sejak 14 Februari 2024, saya menulis buku berjudul Gibran The Next Presiden, alasannya saya pernah menulis buku Menang ora opo-opo, Kalah yo uwis. Artinya, saya telah punya sejarah menulis tentang Mas Gibran, sebelum menjadi wali kota Solo,” ungkap Ahmad Bahar kepada Radar Depok, Sabtu (25/5).

Baca Juga: Hari BPR BPRS 2024 : Produk Anak Negeri, Tingkatkan Perekonomian

Bahkan, Ahmad Bahar bercerita, pernah menulis buku tentang Jokowi sebelum dilantik jadi Presiden periode 2014 dengan judul Sembilan Alasan kenapa memilih Jokowi.

“Alhamdulilah prediksi saya benar,” ujar pria kelahiran Blitar, Jawa Timur itu.

Tahun 2019, Ahmad Bahar melalui tangannya menerbitkan buku berjudul  ketika Negara Memanggil, Jokowi-Tito yang setelah peluncuran, ketua panitianya dicari pihak kepolisian.

Baca Juga: Adu Gagasan Bakal Calon Bupati, Ade Wardhana Adinata Sebut Potensi Desa di Kabupaten Bogor Luar Biasa

“Nih teman saya, Junaedi Sitorus sampai 4 hari gak berani pulang kerumah. Kebetulan waktu itu saya lagi menyiapkan launching di Tasikmalaya,” kenang Ahmad Bahar.

Menurut Ahmad Bahar, buku itu bukan buku politik, melainkan budaya. Sehingga, dia merasa bahagia apabila buku itu laris manis dibeli dan dibaca.