Senin, 22 Desember 2025

Jenjang Pendidikan Baru Turunkan Omzet Peternak Sapi

- Rabu, 5 Juli 2023 | 15:25 WIB
KEDAUNG - Lumpy Skin Disease (LSD) Virus atau yang biasa dikenal virus lato-lato, nampaknya tidak berdampak besar bagi pendapatan perternak sapi saat Idul Adha lalu. Seperti yang diungkapkan salah satu pengurus Peternakan Sapi Situ Sawangan, Kelurahan Kedaung, Kecamatan Sawangan, Selasa (4/7).  Buka
KEDAUNG - Lumpy Skin Disease (LSD) Virus atau yang biasa dikenal virus lato-lato, nampaknya tidak berdampak besar bagi pendapatan perternak sapi saat Idul Adha lalu. Seperti yang diungkapkan salah satu pengurus Peternakan Sapi Situ Sawangan, Kelurahan Kedaung, Kecamatan Sawangan, Selasa (4/7). Buka

RADARDEPOK.COM  - Lumpy Skin Disease (LSD) Virus atau yang biasa dikenal virus lato-lato, nampaknya tidak berdampak besar bagi pendapatan perternak sapi saat Idul Adha lalu. Seperti yang diungkapkan salah satu pengurus Peternakan Sapi Situ Sawangan, Kelurahan Kedaung, Kecamatan Sawangan, Selasa (4/7).

 

Bukan karena virus tersebut, melainkan karena hari raya yang berdekatan dengan hal yang berkaitan administrasi sekolah, jenjang pendidikan baru.

 

Salah Satu Pengurus Peternakan Sapi Situ Sawangan, Didik Triwibowo mengungkapkan, perbandingan omzet menurun drastis, jika dibandingkan saat perayaan Idul Adha tahun lalu.

 

"Total sapi yang terjual saat perayaan Idul Adha tahun ini kurang lebih 65-70 ekor sapi. menyisakan 50 ekor. Padahal tahun ini stok sedang tidak banyak," kata Didik, Selasa (4/7).

 Baca Juga: Film Extraction 2: Aksi Mendebarkan Chris Hemsworth di Atas Kereta! Temukan Link Nonton Sub Indo Full HD

Sedangkan, sambung dia, saat perayaan Idul Adha tahun lalu penjualan sapi bisa mencapai 200 ekor, bahkan mungkin lebih, menyisakan 10-15 ekor sapi saja di kandang ternaknya.

 

Didik mengatakan, jika dihitung rupiah, tahun ini secara keseluruhan ia meraih Rp1.75 miliar. Berbeda dengan tahun yang bisa mencapai Rp5 miliar. Padahal, tahun lalu sedang mewabahnya virus penyakit mulut dan kuku (PMK)

 

"Itu jika dihitung dari harga rata-rata Rp25 juta perekor, belum lagi dengan biaya operasional yang memakan biaya Rp400-Rp50p juta per 7-8 bulan," ungkap Didik.

 

Lebih lanjut, berkaitan dengan turunnya omzet yang didapat, menurut Didik, daya beli masyarakat menurun karena ada kaitannya dengan administrasi sekolah. Hal itu diketahuinya dari beberapa alasan calon pembelinya, juga dari beberapa rekan petetnak dapi lainnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X