metropolis

Rekrut Karyawan yang Mau Bangkrut

Jumat, 24 Maret 2017 | 08:00 WIB
USAHA SAMPINGAN : ASN Kecamatan Cimanggis, Aep sedang mengambil gulungan bahan untuk digunting di halaman rumahnya di RT02/09 Kelurahan Mekarsari, Cimanggis, kemarin. Foto: Ricky /Radar Depok Kendati sudah menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bertugas di Kecamatan Cimanggis. Namun, langkah Aep dengan membuka home industri dompet sejak 2012 lalu, patut ditiru para abdi negara lainnya. Laporan : Ricky Juliansyah /Radar Depok Selepas menunaikan kewajibannya sebagai abdi negara, Aep yang sudah berada di rumah tidak lantas beristirahat. Begitu mengganti seragam ASN-nya, ia langsung melakukan pekerjaan lain. Aep yang saat itu sudah mengenakan celana pendek pun mengambil satu dari puluhan tumpuk gulungan bahan, di halaman rumahnya yang sedang tahap renovasi di RT02/09 Kelurahan Mekarsari, Cimanggis. Setelah dibawa, suami dari Parti Sugianti ini pun memasang gulungan tersebut di satu alat untuk membuka lembaran bahan tersebut. Kemudian, ia langsung mengunting sesuai ukuran yang diinginkan. Ia mempersiapkan potongan bahan yang akan dijahit untuk dibuat dompet tempat penyimpanan perhiasan yang dipesan salah satu toko emas langanannya. "Saya bikin home industri pembuatan dompet yang biasa diberikan toko emas kepada konsumen yang membeli perhiasan di sana," tutur Aep sambil sibuk memilih bahan yang akan dipotong. Usaha home industri ini dilakukan bukan lantaran Aep sudah hampir memasuki masa pensiun. Sekarang pun, kakek tujuh orang cucu ini baru berusia 50 tahun. Masih ada delapan tahun lagi sebagai abdi negara. Aep yang ditempatkan sebagai anggota Satpol PP di Kecamatan Cimanggis ini menjelaskan awal mula terjun ke home industri ini. "Ini diluar kedinasan," ucap Aep membuka obrolan dengan Radar Depok. Ia mengaku, awalnya tidak pernah terbersit untuk membuka home industri dompet, tetapi lima tahun lalu, teman istrinya yang membuka usaha konveksi di daerah RTM Kelurahan Tugu, Cimanggis usahanya nyaris bangkrut. "Pemiliknya ngajakin kerjasama, tapi saya bilang kerjasama susah, jadinya saya minta untuk melanjutkan atau berhenti. Saat itu, dia mau berenti, dan ada delapan karyawan daripada mereka pada pulang, akhirnya saya bayarkan sisa tunggakan gaji karyawan mereka Rp11 juta dan kerja sama saya," kisah Aep. Mantan tenaga Honorer di Kecamatan Pancoran Mas yang bekerja sejak 1986 ini langsung membeli enam mesin dan bahan baku senilai Rp50 juta. Di awal terjun ke dunia home industri ia mengakui bahwa dirinya memang melanjutkan yang sudah berjalan, tapi minimnya pengetahuan tentang bidang home industri tersebut, membuat Aep berspekulasi. Bermodalkan keyakinan dan dukungan sang istri, sambil usaha barunya berjalan, ia terus belajar untuk menyelami usaha sampingannya lebih dalam. "Dari situ, saya tanya kemana bawaannya kepada karyawan. Terus saya bilang silahkan kalau mau produksi lagi, saya sambil belajar dan menolong mereka agar tidak kehilangan pekerjaan," ucap Aep. Gayung pun bersambut, usaha sampingan pria yang menjadi ASN di tahun 2000 ini mulai mendapat titik cerah. "Awalnya mesin beli sendiri, modal pertama 6 mesin, per unit Rp2,6 juta, bahan sekitar Rp50 juta. Sekarang mesin sudah punya 14 unit," papar Aep. (Bersambung)

Tags

Terkini