BEKERJA : Komisaris Utama PT. Suri Nusantara Jaya, Hj Diana Dewi sedang bekerja di ruangannya, di wilayah Kranggan, Jati Sampurna, Bekasi. Foto : Ricky/Radar Depok
Hj Diana Dewi merupakan wanita karir yang sukses, bisnis importir daging sapi warga Kota Sejuta Belimbing ini pun kini sudah merambah ke Jabodetabek. Bagaimana perjalanan ibu dua anak ini menapaki tangga kesuksesan di bisnis ini?
Laporan : Ricky Juliansyah/Radar Depok
Setelah mengadakan rapat dengan rekan bisnisnya, Hj Diana menyempatkkan waktu untuk menerima kunjungan dari Radar Depok di ruang kerjanya.
Ruang kerja dengan jendela kaca transparan menghadap Jalan Raya Kranggan menerangi ruangan Hj Diana yang cukup luas. Meja rapat, satu set sofa dan satu meja kerja pun ada, tanpa terkesan sempit.
Di meja kerjanya itu lah, perempuan berhijab itu menyambut awak Radar Depok saat menemui wanita karir yang sukses di bidang impor daging sapi.
Dengan ramah, ibu dua anak ini menerima dan berbagi cerita dengan Radar Depok tentang perjalanan bisnisnya meraih kesuksesan seperti sekarang.
Awalnya, sarjana ekonomi kelahiran 27 Juli 1965 ini seperti wanita karir pada umumnya, dimana bekerja di perusahaan dan memperoleh gaji bulanan.
Sebelum menyandang gelar Hajah pada 1995. Atasannya mengatakan, jika cuti lebih dari 1 bulan, maka dirinya tidak mendapat gaji.
"Saat itukan pergi haji bisa sampai 45 hari, pas bilang ke manager saya, katanya boleh ibadah, tapi tidak mendapat gaji," kata Hj Diana.
Untuk ibadah saja, atasanya tidak mensupport dengan tidak memberikan gaji selama cuti. Dari itu ia merasa kecil hati, dan berdoa agar sekembalinya dari tanah suci, ia ingin mendapatkan pekerjaan yang sesuai kemampuan dan keinginan yang ada di hati.
Di tahun itu pula ibunda tercintanya terkena diabet dan ia harus menanggung biaya serta mendampingi perobatannya.
"Saat itu orang tua sakit. Permasalahan saya dengan manager ternyata HRD tidak tahu, akhirnya saya ditawarkan untuk ke bidang peternakan, saya ambil di sana," tutur Diana.
Di 1998, ibunda tercinta Diana meninggal, dan tanggungjawab sudah lepas, sehingga akhirnya ia memutuskan resign dari pekerjaannya.
"Gaji saya saat itu, Rp1,7 juta saya bagi 25 hari kerja, dapatnya sekitar Rp85 ribu per hari. masa saya tidak bisa dapat sendiri senilai segitu per hari," tegasnya.
Berbekal pengetahuanya dibidang marketing dan bisnis daging, akhirnya di 1998 ia membentuk PD Suri Garuda Jaya, dengan berjualan daging digarasi rumahnya yang saat itu rumah masih di Cilangkap Jakarta Timur.
Padahal, lanjut Hj Diana, di tahun tersebut Indonesia sedang mengalami krisis moneter. Namun, menurut dia, hal tersebut justru malah menambah berkah, dimana semua orang mencari makanan, dirinya banyak teman dan relasi kerja memberikan kepercayaan untuk mensuply makanan.
"Seperti produsen ayam terbesar di Jawa Timur, bisa memberikan pembayaran tempo. Tapi saya dari konsumen dapat pembayaran cash, jadi uangnya saya putar. Saat itu Stok di garasi cukup lumayan banyak, tidak kurang dari satu ton daging," kisahnya. (Bersambung)