metropolis

Miliki 33 Kader Pendamping, Sosialisasi di Sekolah hingga KUA

Rabu, 16 Agustus 2017 | 09:03 WIB
SOSIALISASI : Anggota WPA Kota Depok saat mendapatkan materi HIV/AIDS di RSUD Kota Depok. Foto : Ricky/Radar Depok

Membentuk sebuah organisasi, tentunya membutuhkan anggota dan kader. Di WPA sendiri mencari orang yang peduli dan concern pada HIV/AIDS bukan perkara mudah.

Laporan : Ricky Juliansyah/Radar Depok

HIV/AIDS sudah mampir seluruh masyarakat tahu. Tetapi, ketika berbicara pencegahan, penanganan dan segala informasi mengenai HIV/AIDS bukan berarti mereka paham sepenuhnya. Sehingga, perlu orang atau individu yang peduli dan concern di dalamnya.

Satu organisasi atau lembaga pemerintahan pun tidak akan mampu melakukan segala sesuatunya sendiri, perlu campur tangan dari seluruh stakeholder di masyarakat yang terjun di bidang tersebut.

WPA melakukan perekrutan kader, untuk membantu mereka dalam memerangi HIV/AIDS di Kota Depok, terutama mengubah stigma negatif di masyarakat terhadap ODHA.

Sambil meneguk kopi hitam yang sudah menghangat, Pembina WPA Kota Depok, Dani Satiri mengakui, perekrutan kader yang peduli dan concern untuk membantu pemerintah melalui KPA dan WPA tidak semudah membalikan telapak tangan.

"Perekrutan kader masih lumayan sulit," kata Dani sambil menaruh gelas kopi di meja kayu belakang warung sekitaran gusuran bekas Terminal Depok.

Sebab, menurut Dani, harus benar-benar individu yang punya jiwa sosial dan setidaknya kader tersebut sudah tahu dasarnya HIV/AIDS. Meski dirasa sulit, tetapi bagi Dani dan pembina WPA lainnya, ketika dilakukan pendekatan secara personal, menjelaskan lagi segala sesuatunya terkait HIV-AIDS serta manfaat untuk diri sendiri, keluarga, orang-orang yang disayangi serta untuk orang lain, pasti akan ada kader yang mau bergabung.

"Insya Allah kalau sudah dijlaskan, mereka mau peduli. Karena semua manusia pada dasarnya memiliki jiwa sosial, Tinggal bagaimana jiwa sosialnya itu difungsikan," papar Dani.

Saat ini pun, kader peduli HIV-AIDS aktif sudah lumayan banyak, tapi yang menjadi kader pendamping baru 33 orang se-Kota Depok, di mana per kecamatan tiga kader pendamping.

Kedepannya, keberadaan kader pendamping pun harus bisa mencari kader-kader baru untuk regenerasi yang mau peduli terhadap HIV-AIDS. Bahkan, ada dari beberapa keluarga ODHA yang telah didampingi kader pun turut bersedia menjadi kader. "Kader pendamping pun selain akrab sesama kader lainnya, juga seperti keluarga bagi ODHA dan keluarga ODHA-nya. Bahkan, ada ODHA lebih dekat dengan kader pendampingnya ketimbang keluarga," ujar Dani.

Setelah memiliki kader aktif, beberapa program yang telah disusun pun dijalankan sesuai tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) WPA. Adapun beberapa program rutin yang telah dijalankan tiap bulannya selain melakukan pendampingan untuk ODHA, yakni pendalaman materi bagi kader pendamping terkait HIV/AIDS dan informasi kesehatan yang difasilitasi RSUD Kota Depok.

Kemudian, sosialisasi ke calon pengantin di tiap kecamatan bersama KUA dan Dinas Kesehatan Kota Depok.

"Itu biasanya setiap hari selasa. Dan dilihat dulu, pasangan pengantinnya banyak atau tidak, kalau cuma dua pasang, biasanya kader pending dulu sosialisasinya," papar Dani.

Selain itu, kader pendamping pun stanbay di RSUD Kota Depok dan Puskesmas tiap hari bergantian di kecamatan masing-masing. "Kita juga sosialisasi ke sekolah, biasanya setingkat SMP dan SMA," ucap Dani. (Bersambung)

Tags

Terkini