metropolis

Perlu Perda, Nikah Harus Tes VCT

Sabtu, 19 Agustus 2017 | 09:14 WIB
AKTIF : Pembina WPA Kota Depok, Dani Satiri (Kedua Kiri) bersama Ketua WPA Kecamatan Cimanggis A. Syarifudin (Tengah) dan kader sedang berfoto usai kegiatan di wilayah Kecamatan Cimanggis. Foto : Ricky/Radar Depok

Penanganan HIV/AIDS dan Orang dengan HIV AIDS (ODHA) sudah baik di Kota Depok. Tetapi, saat ini, kota sejuta belimbing perlu Peraturan Daerah (Perda) sebagai payung hukum dan tindaklanjut mengantisipasi HIV AIDS.

Laporan : Ricky Juliansyah/Radar Depok

Setelah melakukan sosialisasi, mereka pun mengabadikan momen tersebut melalui gawai masing-masing. Bahkan, saat sosialisasi dan kegiatan pun para kader kerap mendokumentasikan yang selanjutnya dikirim ke pembina per area.

Pembina WPA Kota Depok, Dani Satiri pun menunjukan kepada Radar Depok, beberapa kegiatan yang dishare para kader melalui aplikasi Whatsapp.

"Tiap kegiatan, para kader selalu kirim dokumentasinya ke saya. Ini menandakan mereka aktif," kata Dani.

Menutur Dani, penanggulanan HIV/AIDS di Kota Depok, sudah berjalan. Bahkan, saat ini Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat (PIKM) yang dibentuk LSM aktivis AIDS, Warga Peduli AIDS (WPA) dari Komisi Penanggulangan Aids (KPA) dan Layanan Konfrensi berkesinambungan (LKB) sudah terbentuk di Kota Depok.

"Tiga hal itu harus berjalan," kata Dani kepada Radar Depok.

Dimana PIKM di lingkungan yang menemukan ODHA, dibawa ke RS,  tetapi tidak punya KTP dibawa ke LB, namun saat prosesnya berbenturan dengan tidak punya KTP atau uang, nanti dibantu WPA.

"Bicara duit, kita tidak punya di WPA, tapi karena sudah peduli dan cinta kegiatan tersebut, kesukarelawan atau individu akan berkorban dan berjuang. Mulai dari bagaimana mereka memberikan informasi, penularan, pencegahan dan pengambilan obat," terangnya.

Menurutnya, LSM itu menjangkaunya ke komunitas, seperti ke lesbian, gay, dan lainnya, sedangkan kader ke lingkungan. Hal ini tidak dipermasalahkan dan silahkan menjangkau masing-masing.

"Ada yang menjangkau, memberikan informasi. Saat ada penemuan, proses minum obat perlu pendampingan dari kader. Kerjasama itu harus tetap terjalin. Harusnya LSM pun dapat bisa mewariskan ke kader jika donornya diputus," paparnya.

Saat ini pun, lanjut Dani, pihaknya tengah membina WPA di Kota Depok dan telah mengkoordinir sebanyak 33 kader pendamping, dimana per kecamatan tiga orang.

"Bagaimana cara membina, mendampingi dan memberikan motivasi. Maunya menjadi pendamping yang handal. Ini lebih baik, dari 22 orang, tahun ini sudah meningkat menjadi 33 kader," terangnya.

Kader sangat penting dalam penanganan HIV/AIDS di Depok, bahkan Kecamatan Pancoranmas yang memiliki jumlah ODHA terbanyak di Depok pun, bukan karena pusat kota dan banyak apartemen, melainkan keaktifan kadernya dalam menjangkau ODHA.

"Bisa dibayangkan jika 11 kecamatan di Depok kadernya aktif seluruhnya," ungkap Dani.

Halaman:

Tags

Terkini