Sementara, Yani, siswa SMAN 1 kelas XI ini mengatakan, semenjak adanya SSA dirinya berangkat lebih pagi dari biasanya. Karena takut jika terlambat datang ke sekolah. “Iya berangkat lebih pagi, biasanya ada angkot yang langsung jalan, tapi ini harus muter,” kata siswi yang tinggal di Jalan Pitara tersebut. Pemberlakuan SSA, memang banyak menuai persoalan khususya bagi masyarakat yang merasakan imbasnya, karena waktu tempuh yang lebih lama dan kondisi macet yang semakin luar biasa. Salah seorang pedangang, Darmadi mengatakan, semenjak diberlakukannya SSA, dia mengaku omset yang didapatkannya menurun. Karena menurutnya, macet yang sangat luar biasa menjadi salah satu alasan pengendara yang enggan mampir ke tokonya. “Mungkin karena macet, jadi orang males,” katanya. Pedagang pakaian di pasar lama Dewi Sartika ini mengatakan, tak biasanya macet mengular hingga perempatan sandra. Biasanya paling panjang, macet hanya mencapai tokonya yang tepat berada disebelah pasadena. “Macetnya semakin parah, bukannya memberikan solusi malah memindahkan macet,” kata pria yang sudah berjualan sejak 1984 tersebut Selain Darmadi, pedagang lainnya pun turut mengalami penurunan omset. Afoh misalnya, dirinya mengaku tidak mengerti mengapa pemerintah Kota Depok terlalu dini dalam mengambil keputusan. “Sebelum diberlakukan SSA, masih mending pendapatan, tapi sekarang, betul betul terasa, pernah sehari tak dapat penglaris,” katanya. Pengendara sepeda motor pun turut mengkritisi kebijakan SSA, yang menurutnya bukanlah menjadi solusi melainkan hanya membebankan pengendara maupun warga sekitar yang terkena imbasnya. Supri warga Kampung Pitara mengatakan, kerap mengantar dan menjemput anaknya di Jalan Nusantara, harus berputar lebih jauh melewati terminal depok maupun jalan sejajar rel dan turut membuang bahan bakar kendaraannya. “Kan boros, bayangkan saja yang biasanya saya bisa menempuh perjalanan hanya 15 menit, ini menjadi setengah jam,” katanya.(irw/ade)“Ini baru ujicoba, harapan kami pun bisa jadi solusi mengurai kemacetan. Tapi ternyata setelah berjalan selama satu bulan masih tetap macet,”tutur Hendrik.