metropolis

Orgil Bakal Ditertibkan

Senin, 26 Februari 2018 | 11:20 WIB
IRWAN /RADAR DEPOK
RAPAT :Satpol PP dan Dinsos Kota Depok saat melaksanakan rapat terkait penanganan orang gila yang berkeliaran di Depok akan diamankan atau ditertibkan. DEPOK - Adanya isu ramai di media sosial orang gila (Orgil) menyerang ulama dan kyai. Tak mau kecelongan dengan aski berutal tersebut, Pemerintah Kota Depok bersama jajaran TNI dan Polri dalam waktu dekat akan menertibkan orang tak waras tersebut. Kasatpol PP Kota Depok, Yayan Arianto menuturkan, penertiban orang gila sebagai bentuk rasa aman bagi warga Depok. Penertiban ini melibatkan Dinsos, Satpol PP, TNI, dan Polisi. Atau Tiga Pilar. Sebenarnya, penanganan orang gila yang dilakukan Dinsos sudah dilakukan. Bahkan, mereka (orang gila) yang berkeliaran di Depok, sudah ditangani dan dirawat di rumah sakit jiwa yang ada di Bogor. "Sudah dilakukan Dinsos, tapi penertiban kali ini lebi intens," kata Yayan kepada Harian Radar Depok, kemarin. Mantan Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan ini menyebutkan, pelaksanaan penertiban orang gila di Depok sudah dirapatkan dan dibahas dua minggu lalu. Hasil rapat dengan Dinsos setiap kecamatan wajib melaporkan di wilayahnya masing-masing akan keberadaan orang gila. Begitu juga warga yang merasa tergangu bisa diinformasikan ke Satpol PP di tiap kecamatan. "Kalau ada orang gilanya langsung dibawa dan berhubungan atau berkoordinasi dengan Pol PP kota dan Dinsos, untuk selanjutnya ke RS jiwa. Tak lupa juga dilaporkan ke Polsek," bebernya. Terpisah, Kepala Bidang Rehabilitas Sosial Dinsos Depok, Devi Maryori membenarkan, adanya kerjasama dengan Satlpol PP untuk penertiban orang gila secara intens. "Sudah banyak kami tangani orang gila di Depok. Tapi kali ini kami bekerjasama dengan Pol PP jadi lebih intens," kata Devi. Sebelumnya Devi menyebutkan, jumlah penderita ganguan jiwa (orang gila) berdasarkan catatan Dinsos selama 2017, ada 44 orang yang ditangani Pemkot Depok. Dari jumlah yang mengalami ganguan kejiwaan, Dinsos hanya menangani orang gila yang tak memiliki keluarga atau terlantar. “Kami juga tangani orang yang sakit kejiwaan yang memiliki keluarga, tapi tak memiliki dana untuk berobat,” beber Devi. Orang gila yang ditangani Dinsos Depok langsung dibawa ke Rumah Sakit Marzoeki Mahdi (RSMM) yang ada di Bogor. Jika sudah ditangani dan sembuh, kata Devi, pihaknya terus memantau kondisi orang gila hingga sembuh dan dipulangkan ke keluarganya. Bila orang gila yang ditangan tak memiliki sanak dan saudara atau orang luar Depok, nantinya dititipkan di rumah penampungan yang di miliki Dinsos Depok yang berada di kawasan Kelurahan Beji Timur, Kecamatan Beji. “Sementara dititipkan tempat penampungan, sambil menunggu alamat lengkap rumanya asal tinggalnya. Tapi, sebelumnya kami tanyakan dulu mantan orang gila tersebut alamat rumah, namanya karena kondisinya sudah baik,” tururnya. Rata-rata sebut Devi, orang gila yang ditangani kebanyakan dari luar Depok. Kemungkinan mereka terlantar dan kabur dari rumah. Kalau warga Depok yang mengalami ganguan kejiwaan ditangani dan dipantau terus hingga sembuh. Lebih lanjut sebut dia, orang gila yang ditangani Dinsos di 2017 sebanyak 44 orang. Terdiri dari perempuan 30 dan laki laki ada 14 orang yang mengalami ganguan kejiwaan selama kurun waktu 2017 lalu. Sedangkan, data 2016 tidak ada karena Dinsos Depok baru dibentuk, lalu 2018 belum ada data yang direkap. “Jadi setiap bulan rata-rata ada tiga sampai empat orang gila yang ditangani Dinsos,” bebernya. Diakui Devi, Pemkot Depok belum memiliki rumah sakit jiwa, namun selama ini pihaknya selalu merawat kesembuhan diserahkan ke RSMM Bogor. “Kedepan kami akan bekerjasama pihak RSMM, sehingga bisa diprioritaskan,” ulasnya. Terlebih kata dia, memang jumlah rumah sakit jiwa di Depok tak ada. Begitu juga di Jawa Barat posisi rumah sakit jiwa yang ada di Sukabumi namanya Rumah Sakit Jiwa PSBL Phala Martha. Menurut dia, penyabab orang menjadi stres dan mengalami ganguan kejiwaan beban hidup yang semakin berat. Sementara kondisi perekonomkan yang tak stabil. Selain perkara ekonomi, ada faktor lain pemicu stres adalah interpersonal, pendidikan, dan asmara.(irw)

Tags

Terkini