IST FOR RADARDEPOK Pendiri Kampung Dongeng Depok, Faisal Rizal saat berdongeng di hadapan siswa-siswi di salah satu sekolah.
Menjadi seorang pendongeng sudah menjadi pilihan yang diambil oleh Faisal Rizal. Berbekal keyakinan dan kegigihannya, hingga saat ini ia tetap konsisten menjadi seorang pendongeng. Sudah kurang lebih dua tahun ia menjalani aktifitasnya sebagai pendongeng.
LAPORAN : NUR APRIDA SANI
Dengan tak berhenti tertawa kecil, Rizal menceritakan pengalamannya selama menjadi pendongeng. Mulai dari apresiasi tepuk tangan, tertawa hingga ditahan tak boleh mengakhiri dongengnya pernah ia alami.
Ia juga mengalami banyak hal hal yang turut membuatnya tertegun misalnya saat sedang tampil bulu kakinya dicabutin mereka, perut ditonjok hingga celana ditarik.
Hal itu, kata Rizal merupakan bentuk apresiasi dari penonton yang rata-rata masih duduk di bangku sekolah dan dirinya tidak pernah merasa kesal atau marah.
“Dengan begitu saya merasa dekat dengan anak anak dan tak jarang juga mereka saya panggil adik karena sudah saya anggap sebagai adik saya sendiri,” kata anak ketujuh dari sembilan bersaudara tersebut.
Rizal mengatakan, pengalaman berharganya adalah saat ia mendongeng di SDN Cipedak 3. Saat itu ada kurang lebih 1000 siswa yang menjadi penontonnya saat tampil. Saking banyaknya, kesempatan mendongengnya dibagi dalam dua gelombang
“Disitu saya merasakan banyak hal mulai dari dicabut bulu kakinya lah, perut ditonjok, sampe celana saya ditarik sama mereka,” kata dia.
Rizal mengaku lebih tertarik menjadi seorang pendongeng ketimbang seorang guru. Meskipun terbilang nyeleneh, Faisal mengaku guru dan pendongeng sama saja. Memberi pesan sebagai bentuk pengajaran.
“Bedanya kalau guru lebih menekankan pada proses belajar mengajar di kelas maupun luar kelas, sedangkan pendongeng sampaikan pengajaran melalui cerita yang diselipkan dengan sedikit humor,” lanjutnya.
Rizal mengatakan, sebelum menyampaikan dongengnya, ia mengajak penonton mengaji untuk ice breaking yang ia namakan ngaji gampang susah. “Jadi dibagi anak cowonya yang gampang, yang cewenya yang susah. Itu dilakukan untuk memotivasi anak untuk mau mengaji di kehidupan sehari-harinya,” katanya.
Setiap tema yang dibawakan setiap penampilannya fleksibel, terkadang ia diminta membawakan tema yang ditentukan oleh pihak sekolah dan tak jarang juga ia membawakan tema yang telah ia siapkan untuk tampil.
“Pernah waktu itu ada tema yang saya tolak karena saya tidak bisa memperagakannya sampai saat ini. Yaitu tentang lahirnya kerajaan abraha, karena saya gabisa niruin suara gajah,” ungkapnya.
Rizal menuturkan, saat ini dirinya baru menguasai tujuh suara yakni suara ayam, kuda, bebek, uler,kambing, sapi, dan helikopter atau pesawat. “Saya masih perlu banyak belajar, karena mas Awam mampu menguasai 130 suara,” lanjut pria berusia 29 tahun tersebut.
Pegalaman mendongengnya bukan hanya dari sekolah ke sekolah, dirinya juga pernah mendongeng di lembaga pemasyarakatan di Tangerang. Faisal mendongeng dihadapan 20 anak di dalam lapas tersebut guna memotivasi anak di dalam lapas.
“Saya juga pernah dongeng di RSCM di depan anak-anak penderita kanker,” katanya.
Selama hampir berjalan kurang lebih dua tahun, dirinya sudah ke lebih dari 200 sekolah mulai dari Depok dan beberapa wilayah lainnya seperti di Jombang, Jawa Timur.
“Sebelum saya mendongeng, sehari sebelumnya saya buat materi dulu dan saya praktekkan dulu ke anak-anak TPA dirumah dan di kampung dongeng, baru saya berani bawakan untuk mengisi acara,” ungkapnya.
Kini Rizal telah menjalin kerjasama dengan Dinas Perlindindungan Anak Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga (DPAPMK) Kota Depok untuk memberikan edukasi ke siswa melalui dongeng, selain itu dirinya juga telah menjalin kerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok
“Karena lewat dongeng secara nggak langsung menitipkan pesan moral ke anak,” ucapnya.
Ia berharap, kampung dongengnya dapat terus berkembang dan mendapatkan apresiasi di masarakat khususnya di Kota Depok. Sebagai upayanya, selain pekan ceria, ada program lain di kampung dongeng yang bertujuan untuk berbagi kepada sesama.
“Yaitu menyambut dan berbagi berkah, jadi duit pemberian dari TPA tidak kita ambil tapi infaq dari anak-anak kita salurkan lagi ke anak yatim. Jadi setiap 2 minggu sekali kita adakan santunan anak yatim,” pungkasnya.
Selain itu, juga ada program insidentil seperti peduli bencana. Dengan konsep berdongeng di depan anak-anak korban bencana guna memberikan dukungan dan setelah itu memberikan donasi dari uang yang dikumpulkan oleh seluruh kampung dongeng se indonesia. (*)