metropolis

Perjalanan Hidup Wardana LPM Curug, Depok (1) Dibayar Rp750 Perhari, Belajar dari Kehidupan

Selasa, 15 Mei 2018 | 11:08 WIB
DICKY/RADARDEPOK
NAPAK TILAS : LPM Curug, Wardana saat berziarah kemakam orangtuanya diwilayah Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari, beberapa waktu lalu.

Hidup tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu kesabaran dan keuletan dalam menjalani kehidupan menuju yang lebih baik. Hal itulah yang dirasakan Wardana saat merasakan jatuh bangun dalam kehidupan dan tergerak membantu masyarakat Curug. Sempat merasakan bekerja sebagai kuli tidak menyurutkan semangat Wardana dalam menghidupi keluarga.

Laporan : Dicky Agung Prihanto

Di bawah pohon rindang yang berada dihalaman rumahnya dengan ditemani segelas kopi, terlihat LPM Kelurahan Curug Wardana tengah berbincang dengan pengurus lingkungan dan staf Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari. Ditengah perbincangan tersebut, Wardana mengisahkan kehidupannya dari awal merintis karir hingga kehidupannya yang dia jalani saat ini. Menurutnya, kehidupan yang dia alami berbeda saat dirinya berjuang usai melaksanakan pernikahan dengan Asmanah pada 1985. Sebagai lelaki bertanggung jawab menghidupi keluarga, dirinya bekerja menjadi kuli dengan menanam rumput lapangan Pelita Jaya yang kini menjadi tempat latihan Timnas Indonesia. “Saat itu saya dibayar Rp750 selama satu hari kerja dan bayaran tersebut masih terbilang kecil,” ujar pria kelahiran 1965. Anak dari Rinan tersebut mengungkapkan, untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik, Wardana bekerja menjadi kuli bangunan dengan membangun Villa milik Adam Malik yang pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia. Berhenti menjadi kuli bangunan, dia berusaha mencari pekerjaan lain dengan tujuan memperkaya wawasan. Untuk itu dia pernah bekerja menjadi petugas lapangan PLN di Tangerang Selatan. Saat itu, dia harus melayani instalansi listrik untuk masyarakat. Kesempatan bekerja di tempat yang lebih baik Wardana dapatkan terjadi pada 29 April 1989. Saat itu dia bekerja sebagai office boy di Polda Metro Jaya. Entah karena keuletan maupun tanggung jawabnya dalam bekerja, dia sempat mendapatkan ditawari bekerja sebagai Karsip Polri pada 1995. Namun karena pertimbangan jarak dan keluarga dia menolak pekerjaan. “Namun saya sempat menyesal dikemudian hari karena menolak kesempatan emas,” terang pria yang memiliki anak pertama yakni Indah Puspita Wardana. Dalam perjalananya, Wardana sempat merasakan makan dengan ikan tembang yang digarang dengan menggunakan sangan atau wadah genteng. Selain itu, dia mendapatkan hikmah bahwa dalam menjalankan kehidupan butuh proses yang sungguh-sungguh. Namun untuk menjadi keberkahan dibutuhkan doa dan rasa syukur kepada Allah SWT. Selain itu, banyak ilmu yang dia dapatkan baik dalam pekerjaan maupun bersosialisasi dengan masyarakat maupun pejabat negara. “Ilmu yang masih saya gunakan adalah kelistrikan yang dahulu sempat mengantarkan saya berdiri diatas tiang saat tengah hari,” ucap Wardana sambil tersenyum. (bersambung)

Tags

Terkini