AHMAD FACHRY/RADAR DEPOK DAMPAK KENAIKAN DOLLAR : Pekerja beraktifitas di salah satu pabrik tahu yang berada di kawasan Jalan Rawakalong, Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo, kemarin (7/9).DEPOK - Jangan kaget jika nanti saat beli tahu di Kota Depok ukurannya jadi mini. Kenaikan nilai tukar Dolar Amerika dengan Rupiah jadi penyebabnya. Kemarin, pabrik tahu tidak menaikan harga, tapi menyiasatinya dengan mengecilkan ukuran makanan yang berbahan dasar kedelai tersebut.
Pengelola pabrik tahu AS Rawakalong, Puji mengaku terkena dampak pada kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Pasalnya, kedelai yang digunakan untuk produksi tahu merupakan kedelai import dari Amerika. “Sangat berdampak karena kedelai yang digunakan, kedelai import,” kata Puji di pabriknya Kelurahan Grogol, Limo kepada Harian Radar Depok, Jumat (7/9).
Kendati ada kenaikan bahan baku, kata dia tidak lantas menaikan harga jual tahu dipasaran. Dia mengaku, menyiasatinya dengan mengecilkan ukuran tahu yang dijual. “Meski bahan baku mahal, tapi kami tidak langsung menaikan harga jual. Kami hanya buat ukuran tahu lebih kecil,” terang Puji.
Menurutnya, saat ini harga jual tahu putih di pasaran masih antara Rp3.000 sampai Rp3.500 per buah. Setiap hari produksi tahu bisa menghabiskan hingga dua ton kedelai. “Kita produksi tergantung kebutuhan pelanggan, tapi kalau harga naik kita paling bisa produksi dengan menggunakan 1,5 ton kedelai,” beber Puji.
Sementara, salah satu penjual tahu di Pasar Dewi Sartika, Maman mengaku, tidak ada kenaikan pada harga jual tahu, untuk satu buah tahu putih besar dirinya masih menjual seharga Rp3.000. Namun dia mengaku belakangan dirinya sering di komplain konsumennya, karena ukurannya semakin menyusut.
“Kalau harga tetap, tapi ibu-ibu suka pada protes, karena ukuran tahu yang semakin menyusut, kalau emak-emak kan ngga mau tau. Tapi mereka tidak mengeluhkan harga,” tandas Maman.(rub)