metropolis

Mengenal Sanggar Sosial Bina Remaja (3) Cita-citakan SSBR Menjadi Sekolah Khusus Seni

Selasa, 23 Oktober 2018 | 11:55 WIB
IRWAN/RADAR
SINERGI: Anak binaan SSBR bersama aparatur Kecamatan Sukmajaya belum lama ini.

PARA relawan peduli anak muda untuk generasi kedepan lebih baik. Sanggar Sosial Bina Remaja (SSBR) memiliki mimpi memiliki sekolah khusus seni di Depok.

Laporan: Muhammad Irwan Supriyadi

SEADANYA, sederhana, kemauan kuat, dan doa, pasti akan ada jalannya untuk mencapai keinginan besar. Itu yang terbenak di hati para relawan SSBR yang keluar dari mulut Penangung Jawab SSBR, Gian Tanjung. Pria berambut gondrong belah tengah ini memperlihatkan kondisi tempat sanggar yang sederhana, tapi memiliki makna dalam dirinya. Bahwa tempat ini akan menjadi tempat yang menyetak orang hebat dan prestasi sehingga bisa menularkan ke orang lain. "Insyallah SSBR dan kami sebagai penggerak, bercita-cita menjadikan sekolah khusus seni, atau seperti panti sosial bina remaja bambu apus yang milik Kementrian Sosial," kata Gian sambil duduk di atas bale bambu. Sambil menegok ke samping mengarah ke rak buku. Ia mengaku bahwa buku-buku iti didapat dari para donatur. Selain itu buku-buku yang digunakan anak -anak tidak dikenakan biaya sepeser pun. "Silakan aja diambil itu buku, mau dibalikin atau tidak, gak masalah. Namun ada lagi yang ngasih," ucapnya. Keinginan SSBR menjadi sekolah khusus seni diharaplan ada sokongan oleh Pemerintah Kota Depok, Pemrov Jabar. Lalu kalau bisa tutur dia, Kementrian Sosial melihat kondisi dan datang ke SSBR yang berada di Jalan Proklamasi, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok. "Kami ingin seperti PSBR Bambu Apus di Jakarta, dan BSBR Cimahi Jabar. Sehingga dari seusia dini direkatkan prestasi melalui pengembangan kesenian yang memacu prestasi," kata dia. Melihat kondisi pergaulan remaja sekarang cukup memperihatinkan hati orang dewasa. "Kalau bukan kita siapa lagi memperhatikan anak remaja penerus kita. Kalau serius pasti akan berubah, Depok sebagai kota yang layak anak dan remaja," kata pria yang disapa Gete ini. SSBR ini dibentuk baru tiga bulan. “Alasan kami bentuk ini kita menyelamatkan pergaulan anak remaja, yang sudah rawan bagi generasi penerus bangsa,” ungkap Gete. Gete menuturkan, rata-rata anak binaan di SSBR ini pernah merasakan pergaulan yang dianggap berbahaya bagi generasi penerus. Sebab, SSBR ini dibentuk dan mengajak mereka (anak-anak) yang beraktifitasnya seperti nongkrong tidak jelas sambil mambok, tawuran, pacaran, bahkan sampai ada jual beli transaksi pelacuran. “Banyak yang kita ajak untuk kegiatan positif. Rata-rata yang kita ajak ini bekas anak geng motor. Bagaimana pun geng motor adalah warga Depok,” bebernya. SSBR, kata Gete sambil duduk diatas kayu, didukung para masyarakat yang peduli generasi masa depan yakni anak muda. Mereka yang peduli ini terus melakukan yang terbaik, untuk menyelamatkan pergaulan berbahaya yang kini disenangi anak muda zaman sekarang. “Temen-temen peduli yang memberikan sumbangsih harta, tenaga, dan pikiran ide untuk mencegah pergaulan jaman sekarang. Kita terus berbuat dan tidak mau banyak bicara,” kata dia. Gete pun tidak memungkiri, bahwa pergaulan anak remaja di Depok cukup prihatin. Maka dari itu, ia bersama temanya membantu membuat kegiatan yang positif tapi disenangi anak-anak remaja. Mereka dilatih kreatifitasnya. Antara lain diajarkan menjahit, mengelas besi, musik, dan lainya. Namun, dalam hal ini menjadi kendala soal tempat. Meski begitu, SSBR ini mengadakan pertemuan satu minggu sekali di Hari Kamis. Untuk mengevaluasi hasil kegiatan yang sudah dilakukan dan akan dilakukan. “Kita tegaskan ke anak-anak kalau berkumpul di sini tidak boleh membawa minuman keras,” kata dia. (*)

Tags

Terkini