metropolis

Walikota Depok Harap 2025 ODHA Tak Bertambah

Selasa, 11 Desember 2018 | 11:18 WIB
IRWAN /RADAR DEPOK
GERAKAN CEGAH HIV : Walikota Depok Mohammad Idris bersama warga Depok saat membentangkan kain merah berbentuk pita aids dalam rangka memperingati Hari Aids sedunia di GDC, Kecamatan Sukmajaya, Minggu (9/12). DEPOK - Di peringatan Hari Aids Sedunia, yang jatuh pada 1 Desember lalu. Walikota Depok Mohammad Idris berharap 2025 Kota Depok tidak ada lagi warganya yang terjangkit HIV. "Kita ingin tahun 2025 bisa kosong. Kalau kosong dari Odha (Orang dengan HIV/AIDS) tidak ya, karena Odha ini tidak bisa disembuhkan. Tapi paling tidak, tidak menambah masyarakat yang tertular," kata Idris usai mengikuti peringatan Hari Aids Sedunia di Car Free Day GDC Depok, Minggu (9/12), kepada Radar Depok. Diketahui, jumlah warga yang mengindap HIV berdasarkan data Dinas Kesehatan Depok terus bertambah terhitung dari 2016 ada 216 orang, 2017 ada 372 orang, dan 2018 sampai dengan September tercatat 168 orang. Langkah dilakukan Pemerintah Depok untuk menekan jumlah penularan HIV, dengan cara mengkampanyekan bahaya dan memberi pemahaman penyakit HIV. Dia mencontohkan, langkah Warga Peduli Aids (WPA) Kecamatan Cilodong yang dilakukan saat gelaran Car Free Day, berlangsung di wilayah perumahan GDC. "Dengan cara mengkampanyekan ini, orientasi memahamkan kepada masyarakat tentang HIV/AIDS seperti apa," ujarnya. Idris menyebut, ada sekitar 340 penderita HIV/AIDS di Depok yang tercatat dari mulai janin, hingga orang dewasa yang didominasi usia 40 tahun ke atas. Meski Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok mencatat jumlah penularan HIV terbanyak berasal dari kalangan gay. Idris menegaskan, Pemkot Depok belum memiliki data pasti berapa jumlah LGBT di Depok. "HIV/AIDS meningkat karena ketularan. Sekarang ada sekitar 340-an jumlahnya. Itu karena ketidakdisiplinan penderita HIV/AIDS. Kalau buat data LGBT belum punya," tuturnya. Kepala Dinkes Depok, Novarita mengatakan, penderita HIV tidak bisa disembuhkan dan Pemerintah Depok tidak memiliki obatnya. Namun, Pemerintah Depok dalam hal ini berusaha untuk mengurangi penderita HIV dengan cara masif memberitahukan ke warga bahwa HIV ini berbahaya. Berdasarkan data Depok terhitung dari 2016 ada 216 orang, 2017 ada 372 orang, dan 2018 sampai dengan September tercatat 168 orang. "Penyebab paling banyak adalah dari penyimpangan perilaku seksual," kata Novarita. Untuk kalangan yang terjangkit HIV ini, kebanyakan untuk jenis kelamin laki-laki-laki 83 persen dan wanita 17 persen. Sedangkan untuk katagori dari 20 hingga 49 tahun 89.88 persen. Menurut populasi kunci paling banyak di Laki seks laki (LSL) 43,4 persen, pasangan Resti 8,3 persen, pengguna narkoba suntik 5,9 persen. "Sisanya terdapat pada pelanggan pekerja seks atau wanita pekerja seks," katanya. Novarita menjelaskan, penularan HIV ini dari orang yang terinfeksi HIV positif ke pasangannya, untuk di Kota Depok. Penularan melalu darah dan cairan kelamin. "HV itu paling berisiko ke semua kalangan. Sekian jumlah HIV itu kebanyakan warga sebesar 80 persen," bebernya. Upaya untuk mengurangi selalu di lakukan Pemerintah Depok. Namun, masalah ini bukan hanya tugas dan tanggungjawab pemerintah Kota Depok saja. Kata dia, perlu dukungan seluruh pihak stakeholder. Seperti kelompok masyarakat dan masyarakat itu sendiri. "Pemerintah Kota Depok telah berusaha melakukan banyak kegiatan, untuk meningkatkan Ketahanan keluarga. Sehingga tidak ada lagi pengindap HIV," tandasnya.(irw)

Tags

Terkini