Kepala Dinkes Kota Depok, NovaritaDEPOK - Khalayak Kota Depok seprtinya harus mulai sadar akan lingkungan masing. Keladinya, nyamuk mematikan aedes aegepty mulai mengganas di 2018. Dinas Kesehatan (Dinkes) Depok mencatat ada 721 jumlah kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), sepanjang Januari-November 2018. Jelas ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya berjumlah 535 kasus DBD.
"Setiap tahun dan setiap bulan kasus DBD pasti ada, walaupun tidak meningkat dua kali lipat," ujar Kepala Dinkes Depok, Novarita kepada Harian Radar Depok, Selasa (11/12).
Oleh karena itu, beberapa upaya dilakukan Dinkes untuk memberi pengertian masyarakat. Untuk mencegah terjadinya DBD, karena peran serta masyarakat untuk menekan kasus ini sangat menentukan. Dia mengatakan, program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus. Perlu terus dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun, khususnya pada musim penghujan.
Program PSN, yaitu menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain.
Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas, yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
Kemudian melakukan program 3M Plus atau segala bentuk kegiatan pencegahan. Mulai dari, menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah. Dan menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah, yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk.
Menurut Nova, PSN perlu ditingkatkan terutama pada musim penghujan dan pancaroba. Karena meningkatnya curah hujan dapat meningkatkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD. "Bisa juga dengan pemantauan epidemioligi (PE), untuk melihat sejauh mana penularan demam berdarah di wilayah bersangkutan dan dapat dilihat kapan melakukan fogging," ujar Nova.
Menurutnya, apabila fogging dilakukan sembarangan, dikhawatirkan nyamuk akan kebal terhadap obat kimia tersebut. Takutnya kalau fogging sembarangan malah tidak ada efeknya, jadi berharap masyarakat tidak meminta pihak lain melakukan fogging jika tak ada izin dari puskesmas.
Jadi, bagi masyarakat yang mengetahui ada masyarakat yang sakit DBD, agar dapat segera melaporkan 1x 24 jam ke puskesmas terdekat. “Ini sangat membantu sekali,” katanya.
Melihat jumlah kasus DBD di Depok pada 2017 penderita penyakit mematikan tersebut sebanyak 450 jiwa. Data tersebut jelas turun drastis jika dibandingkan di 2016 yang mencapai 2.834 penderita. Sedangkan untuk 2018 sebanyak 721 kasus yang didapat Dinkes Depok.
Anggota Komisi D DPRD Depok, Rudi Kurniawan mengatakan, perlu adanya sosialisasi masif kembali terkait penanganan DBD di Depok. Mengingat penderta di 2018 meningkat kembali.
“Iya kalau di 2017 turun drastis dibandingkan tahun 2016. Artinya warga Depok sudah mulai sadar akan kebersihan. Tapi juga harus digencarkan lagi di 2019," beber Rudi.
Faktor ini sebut dia, karena cuaca. Tentu penyuluhan yang gencar dari tiap puskesmas tentang bahaya. Dan pencegahan penyakit DBD, prilaku masyarakat sudah mulai melalui gerakan masyarakat hidup sehat dengan membersihkan,menguras, dan mengubur. ”Lalu memusnahkan dengan larvasidasi dan memilihara ikan pemakan jentik nyamuk. Itu yang harus masif dilakukan," terangnya.(irw)