metropolis

Begal Bonyok Dimassa

Kamis, 14 Maret 2019 | 15:57 WIB
BABAK BELUR: Salah satu pelaku begal di Jalan Ridwan Rais RT03/RW03 Kelurahan Beji, Rabu (13/3) babak belur dihajar massa dan diamankan polisi. Foto: Rubiakto / Radar Depok RADARDEPOK.COM, DEPOK - Pelaku begal di Kota Depok masih saja merajalela bahkan mereka tidak segan melukai korbannya. Rabu (13/3) dini hari aksi begal kembali terjadi di jalan Ridwan Rais RT03/RW03 Kelurahan Beji, Kecamatan Beji. Kejadian tersebut bermula saat AP dan rekannya RPR tengah melintas di jalan Ridwan Rais Beji, mengendarai sepeda motor sekitar pukul 01.30 dini hari. Tiba-tiba dari arah berlawanan melintas dua terduga pelaku begal yang juga mengendarai sepeda motor, dan langsung melayangkan senjata tajam berupa celurit hingga mengenai leher korban. Kasubag Humas Polresta Depok AKP Firdaus mengatakan, korban AP diketahui mengalami luka sabetan celurit di leher kirinya. “Ada luka sabetan benda tajam diduga celurit pada bagian leher korban,” ujar Firdaus kepada Radar Depok. Meski begitu, pihaknya berhasil mengamankan salah seorang terduga pelaku berinisial AL yang berperan sebagai joki. Sementara pelaku lain RK, berhasil melarikan diri. Saat ini RK masih dalam pengejaran. “Satu terduga pelaku berinisial AL berhasil kami amankan, sementara satu pelaku lain kami kejar,” tandasnya. Sementara itu, maraknya aksi begal yang dilakukan geng motor di Kota Depok menjadi perhatian ahli psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel. Menurutnya, Polresta Depok harus bekerja cepat dan konsisten. Dosen di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) ini mengatakan, agar begal bisa diberantas dan efek jera muncul, maka polisi harus bekerja dengan memenuhi beberapa unsur. Antara lain, bekerja cepat saat merespon keluhan, menanggapi situasi gawat dengan cepat, dan menanggapi laporan warga secara cepat. Yang terpenting harus konsisten. “Kalau unsur tersebut dilakukan, efek jera diharapkan akan muncul. Tapi kalau tidak dilakukan, jangan harap rasa aman bisa terjadi,” bebernya saat dihubungi Radar Depok. Dia juga mengaku sempat mendengar keluhan dari masyarakat Depok yang tidak pernah melihat polisi berpatroli. Namun demikian, dia juga berpesan jangan sampai ada dilema rasa aman, yang merupakan sebuah istilah interaksi, antara prilaku masyarakat dan prilaku polisi. “Misalnya, Bermula dari kerisauan marak aksi begal masyarakat langsung meningkatkan kewaspadaan, dan polisi langsung meningkatkan kesiagaan. Jika kewaspadaan masyarakat dan kesiagaan polisi meningkat, maka peluang aksi kejahatan menyempit,” kata Reza. Tapi yang harus diwaspadai, dilema rasa aman berlanjut. Merasa polisi siaga, sehingga masyarakat menurunkan kewaspadaannya, begitu pula dengan polisi yang menurunkan kesiagaannya sehingga Situasi berbalik 180 derajat. “Dan ini menjadi masalah baru, dan menjadi kesempatan bagi pelaku kejahatan,” pungkasnya. (rub)

Tags

Terkini