MENGADU: 21 siswa lulusan sekolah menengah pertama belum ada kepastian tempat sekolah, lantaran SMK Negeri tidak mau menampung 21 siswa tersebut. Foto : ISTRADARDEPOK.COM, DEPOK - Sebanyak 21 siswa lulusan sekolah menengah pertama belum ada kepastian dimana mereka akan bersekolah. Lantaran sekolah jenjang menengah atas negeri diduga tidak mau menampung siswa tersebut.
Ketua Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) Kota Depok, Roy Pangharapan menyebutkan, ada 12 siswa di Kecamatan Beji yang belum jelas akan sekolah dimana. Menurutnya, hal tersebut dampak dari sistem zonasi yang belum mampu mengakomodir para siswa secara menyeluruh. Apalagi di Beji tidak ada SMA dan SMK Negeri.
Selain itu, tiga siswa dari kelurahan Bhakti Jaya, Sukmajaya juga belum bisa sekolah lantaran belum ada sekolah yang menerima. Selain itu, terdapat satu siswa asal Pancoranmas, empat siswa dari Sukamaju Baru, dan satu siswa asal Sukatani.
“Mirisnya di antara 21 siswa tersebut ada dua anak yatim,” kata Roy. Roy mengaku, ingin membantu 21 siswa miskin yang ditolak oleh sekolah negeri. Dan pihaknya ingin bertemu Walikota Depok, serta ke Kemendikbud RI.
“Kami menuntut Walikota Depok dan Kemendikbud RI untuk membantu mengakomodir siswa tersebut,” kata Roy.
Warga Sukatani, Tapos, Yuswati (61) harus pontang panting mengurus sekolah anaknya, Nurlita Adelia. Sebelumnya Adelia dia antar ke SMA 4, karena mengikuti domisili Sukatani bila mengacu pada sistem zonasi.
Tapi yang didapat hanya hampa. Nurlita Adelia tidak diterima. Dia mengaku tidak memiliki penghasilan tetap, semenjak ditinggal suaminya empat tahun lalu. Dia berharap dapat menyekolahkan anaknya di SMA Negeri agar tidak terlalu membebani keluarganya.
Dia berharap walikota maunya menemuinya untuk mencari solusi keberlangsungan pendidikan. “Kalau di swasta yang bagus kan lebih mahal, kalau disekolah negeri bisa diusahakan,” tukas Yuswati. (rub)