SEPI : Suasana kondisi stasiun shinkansen Nagoya Jepang, beberapa waktu lalu. FOTO : DICKY/RADAR DEPOKSaat Covid-19 (Virus Korona) mulai meluas, sebetulnya Pemerintah Jepang telah mendeteksi sejak 16 Januari. Menerima informasi tersebut, Andika bersama keluarga mengantisipasi dan mengikuti anjuran Pemerintah. Berbagai protokol kesehatan diterapkan di Jepang saat menyatakan satus emergency.Laporan : Dicky Agung PrihantoRADARDEPOK.COM - Melalui pesan media sosial, Andika Pramana menceritakan kepada Radar Depok, pada masa Pemerintah Jepang menerapkan status emergency. Hampir seluruh masyarakat mengikuti peraturan dan arahan yang diberikan pemerintah Jepang.
Pemerintah Jepang melalui Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteran, mengumumkan telah mendeteksi Covid-19 terjadi pada pria berusia 30 tahun. Pemberitahuan tersebut menjadi perhatian masyarakat Jepang. Termasuk dirinya.
“Kalau tidak salah pemberitahuan tersebut terjadi pada 13 Januari,” ujar Andika Pramana kepada Radar Depok.
Ayah dari Raden Fukuda tersebut mengungkapkan, setelah dilakukan penelitian lebih dalam dari Pemerintah Jepang, pihaknya menerima pengumuman, bahwa Jepang menerapkan status emergency untuk di patuhi masyarakat Jepang maupun warnga negara lain.
Selain arahan dari Pemerintah Jepang, Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI) Osaka, juga memberikan imbauan yang sama. Meminta masyarakat Indonesia untuk tidak keluar rumah, apabila tidak ada kebutuhan mendesak. Meski demikian, sejumlah pertokoan makanan tetap memberikan pelayanan untuk masyarakat.
“Nah karena tingkat kepatuhan masyarakat Jepang tinggi, hampir seluruh masyarakat disana tidak keluar rumah, paling keluar rumah hanya untuk membeli makanan,” terang Andika.
Selama status emergency dirinya hanya berada di rumah. Guna mengurangi kebosanan dirinya melakukan aktifitas secara daring, bermain dengan anak, hingga melukan persiapan pekerjaan apabila aktifitas telah normal kembali. Pada masa Work From Home (WFH), situasi di Osaka hampir seperti di wilayah lain. Saling memberikan dukungan. Kembali lagi, karena tingkat kepatuhan masyarakat Jepang sangat tinggi. Masyarakat sudah mematuhi dan tetap berada di rumah.
“Aktifitas masyarakat terhenti dan tetap berada di rumah sambil menunggu arahan Pemerintah Jepang,” ucap Andika. (*)Editor : Pebri Mulya