KOMPAK: Anggota Depok Ada Brompton saat kumpul bersama usai gowes di wilayah Kota Depok, beberapa waktu lalu. FOTO : DICKY/RADAR DEPOKKomunitas Depok Ada Brompton (DAB) rutin gowes setiap akhir pekan. Namun, tidak hanya gowes di Kota Depok, anggota komunitas DAB sesekali gowes ke Kota dan Kabupaten Bogor. Mengingat jalur sepeda di Kota Depok belum diterapkan maksimal.Laporan : Dicky Agung PrihantoRADARDEPOK.COM - Kota Depok memang telah memiliki jalur sepeda di Jalan Margonda dan sekitarnya. Tetapi, jalur tersebut minim digunakan lantaran masih banyak pengendara sepeda motor menggunakan jalur sepeda. Hal itulah yang menjadi perhatian komunitas sepeda Depok Ada Brompton (DAB).
Founder Komunitas DAB, Dwi Aprianto mengatakan, jalur sepeda yang ada di Kota Depok dibangun pada era Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail. Namun, saat ini jalur tersebut terbilang kurang maksimal karena harus berjuang dengan pengendara sepeda motor.
“Kalau bersepeda di jalur Margonda seakan sepeda menjadi salah, padahal kami melintas di jalur sepeda yang sudah dibuat,” ujar pria yang biasa disapa Anto.
Tidak sedikit jalur sepeda di Jalan Margonda dipakai untuk parkir kendaraan, roda dua maupun lebih. Tetapi dia mengakui masih ada pesepeda yang melintas di Jalan Margonda kurang memahami safety riding, sehingga pernah terjadi senggolan dengan pengendara motor.
Anto mengingatkan, apabila anggotanya ingin bersepeda, hal utama yang harus dipahami adalah safety riding. Untuk keamanan, anggota dapat berkelompok, sehingga apabila terjadi kendala di jalan bisa saling membantu.
Tidak hanya gowes di Kota Depok, beberapa anggota sesekali gowes hingga Katulampa Bogor, Sentul, dan kawasan Puncak.
“Sesekali gowes ke daerah Bogor,” terang Anto.
Anto menuturkan, masyarakat yang ingin bersepeda diharapkan tidak mengikuti emosi atau kemauan tinggi. Menurutnya, harus mengetahui kemampuan kondisi tubuh saat bersepeda, salah satunya jantung.
Apabila usia sudah tidak muda, diminta agar tidak terlalu memaksakan diri gowes, sehingga memacu kerja jantung lebih cepat.
Anto mengatakan, saat melakukan gowes selalu mengatur detak jantung untuk tidak melebihi 150 Beat Per Minute (BPM). Selain itu, Anto menilai bersepeda menggunakan masker, dinilai kurang baik. Hal itu dikarenakan udara yang masuk ke paru-paru akan terhambat, sehingga menambah kinerja jantung.
Ia menilai, dari beberapa kasus meninggalnya pesepeda secara mendadak, umumnya mengenakan masker saat bersepeda. Anto menyarankan, masyarakat yang ingin bersepeda tidak mengenakan masker, atau masker dikenakan berada di bawah hidung untuk memberi udara ke paru-paru. Namun, fenomena dan pendapat tersebut masih menjadi perdebatan di kalangan penyuka gowes sepeda.
“Sebaiknya masker tidak dikenakan saat bersepeda, namun saat berkumpul atau berinteraksi dengan orang lain, masker dapat digunakan kembali,” tutup Anto. (*)Editor : Pebri Mulya