Kepala BPS Kota Depok, Mufti Swaghara.
RADARDEPOK.COM, DEPOK - Pandemi yang belum kunjung usai di Kota Depok, membuat seluruh sektor terus kena imbas. Merujuk hasil rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Depok pada triwulan kedua, ada tiga sektor usaha yang kena imbas, seperti akomodasi dan makan minum (92,47 persen), jasa lainnya (90,90 persen), dan transportasi dan pergudangan (90,34 persen).
"Semuanya pasti terimbas. Kalau di Kota Depok, dampaknya mungkin pada ketiga sektor tersebut," terang Kepala BPS Kota Depok, Mufti Swaghara, Jumat (02/10).
Ia menerangkan, turunnya kinerja ekonomi terjadi sejak triwulan I tahun 2020, yang tercermin dari laju pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2020 yang hanya mencapai 2,97 persen. Lalu kembali menurun signifikan pada triwulan II tahun 2020 yang tumbuh minus 5,32 persen. Semua itu dilihat setelah BPS merilis secara Years of Years (Y-O-Y).
"Kalau nanti triwulan ke 3, Ibu Sri Mulyani sudah mengatakan akan negatif. Tapi BPS belum bisa menentukan, karena tunggu data masuk dulu semuanya, baru kita rilis sekitar bulan November. Kalau negatif itu tandanya Indonesia menuju resesi," ungkapnya.
Namun, pembenahan perekonomiannya harus dengan cara melakukan transformasi, menjalankan strategi yang tepat untuk pulih dan kesiapsiagaan di masa depan pada kondisi krisis sejenis pada seluruh pelaku usaha dan juga pemerintah menjadi kunci untuk memperkuat pembangunan ekonomi.
Kepala BPS Kota Depok, Mufti Swaghara.
Hal tersebut diperlukan data yang valid dan akurat, sebagai kunci utama menuju sukses. Lalu, Ketersediaan data untuk menyusun perencanaan, membuat keputusan yang tepat, dan untuk mengeksekusi program agar tepat sasaran menjadi mutlak. "Data dan informasi ini menjadi modal utama dalam upaya program pemulihan ekonomi pada masa pandemi ini," tegas Mufti.
BPS tentunya juga menghadapi kendala karena penerapan physical distancing yang menyebabkan pengumpulan data secara konvensional menjadi sulit. Namun dengan inovasi dan memanfaatkan kemajuan teknologi dalam pengumpulan data seperti penggunaan survei online (daring), membuat upaya menyediakan data menjadi lebih terbuka.
“Survei Dampak covid 19 terhadap pelaku usaha yang merupakan statistik tambahan, dengan dilakukan secara daring adalah salah satu bentuk inovasi dari BPS,” pungkasnya. (rd/arn)Jurnalis : Arnet KelmanutuEditor : Pebri Mulya