RADARDEPOK.COM, DEPOK – Kediaman Yohanes yang mengalami longsor sudah hampir satu tahun, belum juga ada langkah konkret dari pemerintah kota. Padahal, longsor yang menimpa rumahnya di RT2/8 Kelurahan Sukamaju Baru, Tapos Kota Depok sempat ditinjau pemerintah setempat dan dinas terkait.
“Padahal setelah kejadian, pejabat langsung turun ke sini, ada pak Lurah Sukamaju Baru, ada Kabid Penanggulangan Bencana sampai pejabat Dinas PUPR,” kata Yohanes kepada Harian Radar Depok, Kamis (17/3).
Saat ini, kondisi kediaman ayah tiga orang tersebut mengalami kerusakan yang cukup serius, yang paling terparah setengah lantai dasar rumah menggantung dan rawan terjadi longsor susulan. “Khawatir pasti, sekarang kan sering hujan besar dan angin kencang. Kami berharap ada tindakan nyata,” tegas Yohanes.
Saat melakukan peninjauan ke lokasi, pihak terkait berjanji akan melakukan penurapan atau bronjong untuk mengantisipasi terjadi yang tidak diinginkan, seperti longsor susulan yang dapat berbuntut pada korban jiwa. “Rencana perbaikan itu setelah saya berbincang dengan pak lurah, nanti akan di diskusikan dengan pihak PUPR. Tapi sampai sekarang belium ada kelanjutannya lagi,” ungkapnnya.
Selama ini, Yohannes mengaku, tinggal dengan rasa was-was bersama keluarga di rumah tersebut, sebab tak punya pilihan lain. Memperbaiki secara mandiri, tentu tidak sanggup karena untuk membayar sewa rumah di massa pandemi adalah hal yang sulit.
“Satu minggu saya tanya, satu bulan kembali saya tanya, tiga bulan bahkan hingga satu tahun tidak ada realisasi dari janji pak Lurah. Jadi saya anggap ini omong kosong,” tegas Yohanes.
Namun dia tak patah semangat, demi keamanan keluarganya, dirinya sempat memperbaiki longsor secara mandiri dengan bahan dan dana seadanya, tapi ketika dipertangahan jalan kehabisan biaya. “Itu sempat dua minggu berjalan perbaikannya, saya cicil pelan-pelan. Saya takut keluarga saya kenapa-kenapa,” tutur Yohanes.
Pria asal Kupang itu tak menolak uluran tangan dari pihak manapun untuk membantu pembiayaan perbaikan turap rumahnya, Sebab tidak memiliki tempat tinggal alternatif selain di rumah yang terkena longsor itu.
“Ini rumah kami satu-satunya. Apapun yang terjadi kami memilih bertahan di rumah ini. Mudah-mudahan ada jalan terbaik dari bencana yang terjadi pada rumah saya ini,” ucapnya.
Terpisah, Lurah Sukamaju Baru, Pairin menuturkan, belum ada respon dari pihak Dinas PUPR Kota Depok terkait perbaikan titik lokasi longsor di RT2/8 Sukamaju Baru. Kelurahan, kata Pairin, sudah melaporkan kejadian ini ke pihak terkait di Dinas PUPR Kota Depok sejak tahun 2020 lalu.
“Sudah di infokan ke PUPR tapi belum ada tindak lanjut. Waktu itu LPM yang koordinasi ke PUPR Kota Depok,” ujar Pairin singkat.
Sebagai informasi, Pemerintah Kota Depok pada tahun 2020, memiliki pos anggaran Biaya Tak Terduga (BTT) sebesar Rp20 miliar. Sedianya dana BTT ini adalah dana emergensi yang bisa digunakan untuk korban bencana alam tanpa harus menunggu hingga tahun berikutnya untuk dilakukan perbaikan jika terjadi longsor akibat banjir. (rd/arn)
Jurnalis : Arnet Kelmanutu
Editor : Junior Williandro