Paling berkesan ketika Ferdinand menjuarai Kejuaraan Pelajar Nasional yang diadakan di Jakarta. Pesertnya, merupakan pelajar se Indonesia. Bahkan, sejumlah peserta ada yang datang dari kawasan Asia Tenggara.
Tak hanya itu, Feridanand juga pernah menumbangkan Madi Cada yakni petinju profesional. Saat itu, duel Ferdinand-Madi Cada merupakan pertandingan tambahan ketika legenda tinju Indonesia, Chris John menjamu petinju luar, Daud Jordan.
Tak selalu mulus, putra sulungnya itu pernah dua kali di diskualifikasi dari dua kejuaraan berbeda karena, salah mendaratkan pukulan ke lawan. Satu diantaranya, pernah pingsan usai dihadiahi pukulan pada bagian kepala belakang.
Selama berkarir, Ferdinand pernah beradu tinju dengan sejumlah petinju dari luar negeri. Misalnya, Filipina dan Afrika. Setelah malang melintang, Ferdinand memutuskan untuk berlabuh di Korps Brimob.
Putra lainnya, Yohanes Lambertus Unitly pernah menjadi Juara 1 dalam Kejuaraan Nasional di Nusa Tenggata Timur (NTT). Kala itu, Dominggus mewakili Kota Depok dalam ajang bergengsi tersebut.
Nasib tidak selalu berpihak kepada keluarga Dominggus, putra lainnya Michael Ricardo Unitly terpaksa harus putus sekolah pada salah satu SMK swasta di Kecamatan Tapos. Sebab, Dominggus tidak memiliki pendapatan tetap untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Meski begitu, Michael sama dengan ayahnya punya segudang prestasi dalam dunia tinju. Dia pernah tampil dihadapan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) di Senayan, Jakarta.
"Sekarang dia di skor karena belum membayar uang sekolah, karena saya tidak punya penghasilan. Michael ini belum bayaran dari awal Covid sampai sekarang karena saya gak punya pendapatan," terang Dominggus.
Tidak hanya itu, empat putri Dominggus juga mengikuti jejak sang ayah. Namun, salah satu dari mereka ada yang harus memupuskan harapannya karena mengalami kecelakaan cukup parah yang berujung tidak dapat lagi beradu pukulan di ring tinju.
Mirisnya lagi, Kediaman Dominggus di RT 3/15, No. 38, Kampung Cimpaeun, Kelurahan Cimpaeun terpaksa rubuh pada Tahun 2013. Awalnya, kerangka rumah itu digantung sebuah samsak sebagai fasilitas berlatih sekeluarga. Namun, saat salah satu anaknya itu sedang berlatih rumah tiba-tiba rubuh.
Karena tidak memiliki biaya, rumah itu dibiarkan begitu saja hingga sekarang. Jika dilongok, rumah itu hampir rata dengan tanah. Hanya ada rumput liar yang tumbuh subur dan sejumlah hewan yang bermain-main di sana.
"Rubuhnya itu waktu anak saya latihan, jadi samsak digantung di rumah karena gak punya tempat latihan kan. Nah waktu lagi latihan rumahnya roboh. Untuk anak saya keluar rumah dengan cepat, bisa selamat," beber Dominggus.
Sekarang ini, Dominggus tinggal di rumah kontrak anaknya di wilayah Citeureup, Cibinong, Kabupaten Bogor. Sesekali, dia datang ke Depok untuk mengurusi sasananya, Aru BC Cimpaeun Depok.
Kepada Pemkot Depok, Dominggus menyandarkan harapannya agar ada perbaikan rumah. Sehingga, di usia senjanya ini dia dapat menikmati hidup dengan baik. Apalagi, Dominggus dan anaknya kerap mengharumkan nama Kota Depok.
Selanjutnya, dia meminta agar Pemkot Depok juga mendukung niatnya dalam membuat sasana. Bahkan, dia siap menjadi pelatih dan menularkan bakatnya kepada bibit muda petinju asal Depok.