Baca Juga: Pomade Hadir Mewarnai Kota Depok
“Karena tinggal di sana (Kampung Cina Bona Limo) dan tanah makamnya di sini, akhirnya dihibahkan lah tanah ini menjadi tanah Makam Keluarga Tionghoa. Hanya keluarga saja yang boleh dimakamkan di sini. Kalau dijadikan Tempat Pemakaman Umum (TPU), kita gak kebagian,” ucapnya seraya menyantap makan sorenya.
Dalam makam tersebut, terdapat dua keyakinan yang dimakamkan. Ada makam yang berkeyakinan Tionghoa dan makam berkeyakinan Kristen. Baik doa, tatacara pemakaman, dan bentuk makamnya berbeda. Perawatannya pun juga berbeda.
Baca Juga: Usulan Kenaikan Biaya Perjalanan Ibadah Haji 2023 Dikaji DPR
“Kalau yang kristen, saya bersihkan rumput-rumput dan sebagainya apabila sudah banyak dan kotor. Tapi, untuk makam yang Tionghoa, gak sembarangan. Walaupun rumputnya sudah tinggi-tinggi, tetapi belum dua bulan setelah imlek, gak boleh dipotong,” jelasnya dengan tegas.
Selesai makan, membereskan tempat dan alat makannya, bersiap-siap untuk pulang menuju tempat peristirahatannya bertahun-tahun. Dia berjalan sekaligus berbincang tentang kampung itu yang sudah dihias dengan lampu lampion serta di cat beberapa hari lalu. Memang sudah menjadi kebiasaan bertahun-tahun Engkay serta keluarga besar menghiasi kampung tersebut.
Baca Juga: Lubang Penguburan Korban Pembunuhan Berantai Ditemukan di Cianjur dan Bekasi
Tepat di perayaan imlek, dirinya serta keluarga akan pergi ke Litang (Ruang Ibadah) Konghucu yang berada di Pancoranmas atau di Pondok Gede saat pagi hari. Selepas memanjatkan doa dengan khusyuk, berziarah ke makam keluarganya. Berdoa untuk kebaikan dan keselamatan leluhur mereka di akhirat sana.
Sayangnya, untuk perayaan imlek tahun ini, Engkay berkata tidak semeriah tahun lalu. Mereka sempat menampilkan kesenian gambang kromong di tanah lapangan luas. Karena terdapat berbagai kendala, Engkay memutuskan untuk merayakan pergantian tahun kalender China atau kalender Lunar tersebut dengan sederhana.
Baca Juga: Dittipid Siber Bongkar Sindikat Penipuan Modus Baru, Berikut Ini Jumlah Korbannya
“Kita sekarang cuman ke litang, ziarah, dan kumpul – kumpul keluarga. Main bareng anak dan cucu. Harapannya untuk kedepan bisa merayakan lebih meriah lagi. Saya juga kepengen ada barongsai dan gambang kromong lagi, tapi dana belum mencukupi. Yang penting keluarga lengkap juga saya sudah senang,” harapannya dengan sukacita. (*)