Minggu, 21 Desember 2025

Tim Kelangkaan Si Melon Dibentuk

- Selasa, 14 Maret 2017 | 09:00 WIB
  MELONJAK :Warga sedang antre untuk membeli gas elpiji 3kg di wilayah Mekar Jaya, Sukmajaya, Depok. Gas melon tersebutdikabarkan masih terkendala dengan lambatnya pasokan, bahkan ada yang bilang harganya menembus Rp.20.000 - Rp.25.000/tabung. Foto: Ahmad Fachry/Radar Depok RADAR DEPOK.COM –Tak terbendungnya harga jual dan langkanya gas tiga kilogram (KG) alias si melon, membuat Pemkot gerah. Dalam waktu dekat, Pemkot Depok bersama Himpunan Wiraswasta Nasional (Hiswana) Kota Depok akan membentuk tim terpadu. Sasarannya, tim ini akan mengawasi, menentukan harga, dan pengendalian peredaran gas. Walikota Depok, Mohammad Idris Abdul Shomad mengatakan, Pemkot Depok tengah berupaya mencari solusi dalam permasalahan kelangkaan gas elpiji bersubsidi tiga kilogram di Kota Depok. Rencananya, Pemkot Depok bersama Hiswana akan melaksanakan inspeksi mendadak (Sidak) penggunaan gas. Idris menilai, kuota gas subsidi Kota Depok cukup, namun gas bersubsidi malah digunakan masyarakat yang tidak berhak mendapatkan gas bersubsidi. “Pengunaan gas bersubsidi tidak terpantau Hiswana, sehingga kami dan Hiswana perlu kerjasama,” ujar Idris kepada Radar Depok, kemarin. Selain itu, sambung Idris Pemkot Depok bersama Hiswana akan melaksanakan survei secara konkrit. Apabila pasokan di Kota Depok dinilai cukup, namun fakta dilapangan berbeda, kemungkin ada penggunaan yang tidak tepat. Memang sebelumnya, telah ditemukan timbunan gas yang berhasil diungkap kepolisian. Idris mengungkapkan, tingginya harga gas tiga kilogram dimasyarakat dikarenakan warung penjual gas tidak resmi mengambil gas dari pangkalan maupun agen gas resmi. Sehingga pedagang eceran menjual lebih dari harga resmi. Sementara itu, Ketua Hiswana Migas Kota Depok, Athar Susanto menjelaskan, dalam pengendalian, peredaran, dan pengawasan gas di Kota Depok. Hiswana bersama Pemkot Depok berencana akan membentuk tim terpadu. Nantinya, tim terpadu akan menentukan batas harga jual pedagang eceran, pembinaan, pengendalian, dan beberapa hal lainnya terhadap gas. “Kami telah berencana akan membentuk tim, namun masih dalam pembahasan bersama Pemkot Depok,” terang Athar. Athar menuturkan, ada 24 agen resmi yang menjual gas elpiji tiga kilogram, dan 13 agen resmi gas 12 kilogram dan bright gas. Sedangkan, dari catatannya untuk pangkalan resmi terdapat 200 pangkalan yang tersebar di Kota Depok. Rencananya, apabila tim terpadu sudah terbentuk, akan dilaksanakan verifikasi terhadap pangkalan gas. Tidak hanya itu, lanjut Athar ketetapan harga gas yang dijual pedagang eceran guna tidak menjual terlalu mahal dari harga agen akan dibahas saat pembentukan tim terpadu. Idealnya, untuk harga gas bersubsidi warung pengecer maupun outlet dapat menjual seharga Rp18 ribu hingga Rp20 ribu. Pedagang eceran dapat membeli hanya lima tabung gas dari agen dan tidak boleh melebih ketentuan tersebut. “Apabila tim terpadu sudah terbentuk, penggunaan gas elpiji bersubsidi dapat tetap sasaran dan tidak terjadi kelangkaan gas,” ucap Athar. Hal senada juga dilontarkan, Kabid Perdagangan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Depok, Anim Mulyana mengatakan, Pemkot Depok telah berkomunikasi dengan Hiswana terkait pembentukan tim terpadu. Ada sejumlah kesepahaman akan pengendalian dan pengawasan gas elpiji di Kota Depok. Anim menuturkan, berkaca dari persediaan gas elpiji di Kota Depok dinilai cukup untuk masyarakat Kota Depok. Namun, terkait dengan adanya kelangkaan gas elpiji bersubsidi tiga kilogram diperkirakan ada hambatan dalam pengiriman gas kepada masyarakat. Untuk itu, Anim berharap pembentukan tim terpadu dapat terbentuk secepat mungkin, sehingga dapat menemukan solusi terhadap gas di Kota Depok. “Kami akan berusaha semaksimal mungkin dalam penanganan gas di Kota Depok,” tutup Anim. (dic)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X