Illustrasi Sakit
DEPOK –Khalayak Kota Depok mesti waspada. Terbaru, penyakit Difteri ditemukan di Depok, kemarin. Penyakit yang kini ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) ini, didapati 12 penderita yang suspect. Malah, dari belasan kasus tersebut, dinayatkan empat positif dan saru sudah meninggal.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, Noerzamanti Lies Karmawati mengatakan, kasus penyakit ini akibat dari imunasi yang tidak diberikan secara komplit, sehingga tubuh sangat rentan di serang oleh berbagai macam penyakit salah satunya adalah penyakit difteri.
Di Kota Depok, Lies mengatakan, terdapat 12 kasus penderita penyakit difteri dan satu di antaranya meninggal dunia. “Di Depok ada 12 kasus tersangka atau suspect, yang 4 positif dan satu meninggal sedangkan delapan lainnya negatif,” jelasnya, Kamis (7/12) kepada Harian Radar Depok, kemarin.
Dari 12 kasus tersebut, lanjut Lies, merupakan anak-anak yang tidak diimunisasi dan anak-anak dengan imunisasi tidak lengkap. Dan 12 kasus tersebut berada di empat wilayah di Kota Depok. “Kecamatan Sukmajaya Kecamatan Cilodong, dan Tapos,” lanjut Lies.
Terkait lokasi tepatnya dan satu korban yang meninggal atas kasus tersebut, Lies enggan mengungkapkannya. Lies hanya berharap agar orang tua lebih lagi memperhatikan serta memberikan imunisasi kepada buah hatinya secara lengkap agar terhindar dari berbagai macam penyakit.
“Salah satu imunisasi rutin yang harus diperoleh setiap bayi adalah vaksin DPT (dulu), sekarang vaksin DPT-HB-Hib adalah imunisasi untuk mencegah penyakit difteri (selain penyakit Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, dan Hemofilus influenza type b),” ucapnya.
Pihaknya juga menghimbau kepada masyarakat untuk melakukan pencegahan secara dini di antaranya, hindari kontak dengan penderita suspect, apabila terjadi kontak maka segera mendapatkan obat antibiotik dan juga dilakukan pemeriksaan apus tenggorokan, menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat, Memeriksa status imunisasi rutin pada anak-anak.
“Serta Ikut mendukung pelaksanaan ORI (outbreak response immunization) yang akan dilaksanakan oleh dinkes, yaitu imunisasi untuk pencegahan difteri dengan sasaran anak usia 1 – < 19 tahun,” pungkasnya.
Sementara itu, Dinkes Jabar tengah melakukan investigasi terkait penyebaran wabah difteri yang menyerang beberapa daerah di Jabar. Hal ini untuk menekan bertambahnya jumlah kasus penyakit menular dan mematikan tersebut.
Kepala Seksi Surveilan dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Jabar Yus Ruseno mengatakan sudah menginstruksikan puskesmas di berbagai wilayah untuk siaga. Pihaknya meminta puskesmas responsif apabila menemukan kasus difteri.
"Puspkesmas harus siaga kalau ada yang mengarah (difteri) segera ditemukan dan segera dirujuk ke rumah sakit untuk diobati karena harus diisolasi," kata Ruseno, Kamis (7/12).
Ia menuturkan pihaknya juga melakukan pemetaan di lapangan kemungkinan penyebaran penyakit difteri dari pasien yang sudah terjangkit. Terutama orang-orang di lingkungan tempat tinggal pasien yang terjangkit.
"Kita akan terjun ke lapangan memutus mata rantai penularan itu, kami datangi ke keluarga pasien yang sudah terjangkit. Karena penularannya cepat sekali, jadi langsung kita kasih obat penangkal," ungkap dia.
Dia menegaskan wabah difteri biasanya menyerang anak-anak yang belum pernah mendapatkan imunisasi penyakit tersebut. Sehingga, sambung dia, pihaknya meminta para orang tua memiliki kesadaran melakukan imunisasi difteri juga.
"Dulu-dulunya merasa tidak diimuniasasi ya diimunisasi sekarang. Karena penyakit ini bisa menular dan menyebabkan kematian kalau tidak segera ditangani," tutur dia.
Seperti diketahui, Dinkes Jabar mencatat sebanyak 116 kasus difteri hingga 3 Desember 2017 ini, dengan jumlah kematian sebanyak 13 kasus. Dengan jumlah tersebut, wabah difteri di Jabar masuk dalam status KLB. Meski satu kasus saja sudah berstatus KLB.
Penyebaran kasus difteri sudah menerpa 18 kota dan kabupaten. Purwakarta merupakan wilayah dengan kasus difteri tertinggi di Jabar yaitu dengan 21 kasus selama 2017 ini dengan satu kasus kematian. Selain itu, di antaranya Kabupaten Karawang terdapat 13 kasus difteri, Kota Depok dan Kota Bekasi masing-maisng 12 kasus, Garut 11 kasus, dan Kota Bandung 7 kasus.
Difteri adalah penyakit yang ditandai dengan panas 38 c, disertai adanya psedoumembrane atau selaput tipis keabu-abuan pada tenggorokan yang tak mudah lepas dan mudah berdarah. Penyakit ini disebabkan bakterium difteri dan bisa menyebabkan kematian jika tidak mendapatkan penanganan segera. Kebanyakan penyakit tersebut dialami oleh anak-anak yang belum mendapatkan vaksin difteri. (ade)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Terkini
Minggu, 21 Desember 2025 | 20:01 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 12:43 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 06:30 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 23:41 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 15:15 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 08:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 08:20 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 08:05 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:35 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:15 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:35 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 05:35 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 22:55 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 22:11 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:45 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:36 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 19:38 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 14:15 WIB