ADE/RADAR DEPOK
KARYA : Widi S Martodihardjo berofoto bersama karyanya yang sempat dipamerkan dalam Bentara Budaya, Jakarta
Memiliki potensi menggambar sejak kecil, membuat Widi S Martodihardjo kini dikenal seantero jagat raya. Bukan gambar biasa, Widi merupakan seorang perupa abstrak dengan teknik Scratching Line. Meski abstrak, gambarnya memiliki kekhasan yakni arsiran pulpen dan gabungan kertas bekas.
LAPORAN : ADE RIDWAN YANDWIPUTRA
Penampilannya biasa. Berambut gondrong, tinggal disebuah gubug bambu dengan alas tanah disamping Situ Pengasinan, dan dikelilingi rumput ilalang. Dengan begitu berhasil menipu kasat mata orang yang memandangnya.
Widi S Martodihardjo namanya, seorang perupa abstrak yang kini karyanya telah dikenal di seluruh dunia. Mulai dari Australia, Amerika, Filipina dan beberapa negara lainnya. Namun, tak banyak masyarakat Indonesia yang kenal. Dibalik pribadinya yang merendah, dia juga sangat idealis berbicara seni.
Yang masih kentara di ingatan penikmat seni Indonesia, karyanya yang berukuran 240cm x 1.100cm berjudul In Between yang dipamerkan di Bentara Budaya pada akhir tahun 2016 silam.
Widi merupakan seniman muda kelahiran Wonosobo, 10 Maret 1975. Mulai memiliki potensi menggambar dan suka menggambar, seusai lulus SMA di tanah kelahirannya-Yogyakarta.
“Lulus SMA saya merantau ke Bandung untuk melanjutkan studi di Fakultas Seni Rupa dan Desain di Universitas Pasundan, Bandung, Jurusan DKV (Desain Komunikasi Visual),” kata Widi saat ditemui di tempat tinggalnya yang dinamakan Saung Nusantara.
Berkuliah dengan background DKV, rupanya tidak sesuai dengan ekspektasinya. Karena, ia tidak suka berkarya dengan adanya intervensi seperti yang akan dihadapi olehnya setelah lulus dengan menyandang gelar sarjana DKV.
“Akhirnya saya membuat kebiasaan diluar kebiasaan mahasiswa jurusan DKV. Mulai dari datang ke hampir setiap pameran kesenian, rajin bertemu orang-orang baru, rajin menonton teater,” cerita Widi.
Setelah lulus, lanjut Widi, ia memutuskan untuk pergi ke pulau Dewata, Bali untuk memantapkan jiwanya menjadi seorang perupa.
“Ijazah DKV saya tidak diambil, sebagai taruhan, tanpa saya hidup bukan karena ijazah,” kata Widi.
Dengan modal Rp400.000 upah sebuah project pembuatan desain interior dapur yang ia terima di Jakarta, ia berangkat ke Bali dengan niat menjadi seniman Bali.
Sesampainya di Bali, sekitar tahun 2002, Widi belum menemukan yang diinginkan menjadi seniman yang seperti apa. Dalam proses mencari itu, ia tetap menyambung hidup menjadi illustrator, desain grafis, dan sempat menjadi fotografer.
Sehingga tahun 2006, ia menemukan karya drawing on papper, yakni korelasi antara kertas dengan pulpen. Ia ingin menggabungkan DKV dengan seni. Dan di suatu kesempatan, Widi bertemu dengan salah satu maestro yang sudah dituakan di Ubud.
“Kamu tidak akan menjadi apa-apa Wid.....Sebelum kamu memutuskan kamu mau jadi apa. Karena kamu banyak bisanya. Grafis ok, abstrak ok, portfolio ok,” kata Widi menirukan suara sang maestro yang sudah ia anggap sebagai seorang gurunya.
Singkat cerita, tahun 2008, Widi melaksanakan pameran perdanannya yang berjudul Reborn di Ganesha Gallery, Jimbaran Bali. “Pas pameran itu, saya ditulis profilnya oleh kurator dari New York. Itu jadi loncatan saya. Sembari dalam hati berkata Yes i'm a artist,” kata Widi.
Berangkat dari situ, sudah ada beberapa pameran yang telah ia buat, antara lain, Reborn di Ganesha Gallery, Jimbaran, Bali (2009), Trnasforma[self] di Gallery Esp' Art CCF (Pusat Kebudayaan Perancis), Bandung Jawa Barat (2010), Nominasi Bieannale Indonesia Art Award 2010 Contemporaneity Galeri Nasional Indonesia, Jakarta (2010), Pameran Nusantara "Imaji Ornamen" di Galeri Nasional Indonesia Jakarta (2011). 1001 Notification Gaya Art Space Ubud (2012), Lihat, Dengar dan Rasakan (2014), Evolusi Widi Komunitas Bambu di Depok (2015), “iN Between” Bentara Budaya, Jakarta (2016).(bersambung)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Terkini
Minggu, 21 Desember 2025 | 20:01 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 12:43 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 06:30 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 23:41 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 15:15 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 08:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 08:20 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 08:05 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:35 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:15 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:35 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 05:35 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 22:55 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 22:11 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:45 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:36 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 19:38 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 14:15 WIB