SERIUS: Para peserta didik yang masuk dalam kategori Madrasah Quran sedang belajar bersama di ruang kelas dengan serius.
Kinerja pegawai tak terlepas dari visi dan misi perusahaan. Pasti akan totalitas mengeluarkan kemampuannya demi kemajuan tempat mereka bekerja. Sama halnya dengan para pekerja di Lembaga Pendidikan Syariah Terpadu (LPST), mereka kerapa di sapa Relawan.
LAPORAN : NUR APRIDA SANI
Lembaga yang memiliki misi menciptakan generasi pengusaha penghafal Al Quran ini, rupanya tak main-main. Guru yang dipekerjakan pun bukan dari sembarangan orang. Dari mahasiswa sampai lulusan perguruan tinggi pun ikut membantu mengajar. Dengan bayaran (gaji) yang tak seberapa besar, tidak membuat semangat para relawan goyah. Bukan uang yang mereka cari, tetapi kebahagiaan diri untuk menjadikan generasi penerus bangsa terbaik lah alasan nomor satu. Puluhan anak yatim dan duafa belajar di gedung berlantai 3 itu. Setiap harinya, lantai 2 di isi siswa SD Tahfidzpreneur, dan lantai 3 oleh SMP Inspirasi Baznas. Menjelang sore hari setelah ba'da Ashar mulai ramai oleh kalangan anak usia 3-18 tahun. LPST memiliki empat bidang pendidikan di dalamnya. Ada Madrasah Quran, SD Tahfidzpreneur, SMP Inspirasi Baznas, dan Bimbel Syariah. Ke empat bidang tersebut ditujukkan bagi semua kalangan, dari PAUD hingga SMA. Hentakan sendal dan teriakan suara anak-anak mulai terdengar saat menaiki anak tangga. Tepat pukul 15.30, mereka berbondong datang untuk mengaji di Madrasah Quran dan Bimbel Syariah. Disana mereka bukan hanya menghafal Al Quran tetapi juga belajar membaca menulis menghitung (Calistung). “Bedanya kalau untuk bimbel lebih kepada pembentukan akhlak mereka. Dan juga target untuk hafalannya lebih banyak,” kata Pendiri LPST, Rina Kholilatun Nisa, saat ditemui di sekolah yang terletak di Jalan Raya Citayam No. 58, Kelurahan Pondok Jaya, Kecamatan Cipayung. Walaupun tidak semua anak ekonomi bawah yang belajar disini. Tapi tak ada satupun dari mereka yang terlihat merasa dirinya berkuasa. Di lembaga berbasis syariah ini, digunakan metode pengajaran fun learning. Bukan hanya pembelajaran, soal biaya pun juga ada metodenya. Yaitu subsidi silang. “Untuk lembaga non formalnya pakai tarif. Jadi diterapkan subsid silang, supaya orang yang tidak mampu bisa ikut semua kegiatannya juga. Dan untuk biaya honor relawan,” ujar Rina. Khusus di SMP Insipirasi Baznas, lebih banyak menyelenggarakan kegiatan tambahan di luar kegiatan belajar mengajar (KBM). Karena target yang diinginkan bukan hanya penghafal Quran, tapi jadi pengusaha. Maka LPST banyak menjalin hubungan dengan beberapa lembaga IT lain. (bersambung)