IST
EKSIS: Saiful Amin bersama Boneka Wayangnya ketika tampil di salah satu sekolah di Kota Bangka Belitung, beberapa waktu lalu.
Sudah lebih dari satu dekade sejak 2004 silam, UNESCO menobatkan Kesenian Wayang Kulit sebagai “Masterpiece” kebudayaan Indonesia. 14 tahun berjalan, seni pertunjukkan tersebut mulai ditinggalkan peminatnya. Khususnya, masyarakat zaman milenial. Namun, seorang pria asal Sukatani, Kecamatan Tapos berprofesi sebagai Dalang untuk menyebarkan kesenian tersebut di Kota Depok.
LAPORAN : NUR APRIDA SANI
Wayang kulit merupakan salah satu seni pertunjukan yang berasal dari Daerah Jawa. Di sana, sangat terkenal kesenian tersebut. Biasanya sering dimainkan ketika malam hari sampai menjelang pagi (dini hari). Wayang ini sangat kental dengan unsure estetika dan pesan moral di setiap tema pertunjukannya.
Senin (19/11) siang sekitar pukul 13.00. Di sebuah sekolah yang berlokasi di Jalan Belimbing 3, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoranmas. Saiful Amin, pria berdarah Jawa tulen itu merupakan seorang Dalang Wayang Kulit.
Saiful-arab dipanggil Ipul, tergerak hatinya untuk menjadi penerus dalam melestarikan kesenian. Baik masyarakat dewasa dan anak-anak. Bedanya, dia memainkan wayang bukan pada malam hari. Tetapi siang hari, dengan menyusuri seluruh penjuru di Kota Depok dan sekitarnya.
Di zaman milenial ini, masyarakat menganggap Wayang Kulit sudah ketinggalan zaman atau kuno. Mereka lebih tertarik dengan kebudayaan negeri yang dianggap lebih modern dan mengikuti perkembangan zaman.
Itulah segelintir kata-kata yang menjadi faktor utama Ipul mengubah profesi menjadi Dalang. Terlebih khusus, sulit ditemukan pertunjukkan wayang kulit di Kota Depok yang menjadi tempat tinggal berbagai macam daerah.
Ipul memiliki inisiatif untuk menarik perhatian masyarakat lagi untuk menyukai Wayang Kulit. Tidak seperti wayang pada umumnya, dia menggunakan wayang dengan inovasi yang berbeda. Seperti, boneka.
Wayang yang dimainkan Ipul adalah Wayang Dolanan. Dolanan adalah bahasa daerah dari Jawa yang berarti Mainan. Jadi pertunjukkan dikemas dalam versi modern, menarik, dan menyenangkan tapi tetap mengandung makna.
“Saya ingin masyarakat itu menyukai lagi wayang kulit, dengan hal dan tampilan yang berbeda. Namun tidak meninggalkan makna cerita dari asalnya berada. Seperti masa kerajaan Jawa,” kata Ipul kepada Radar Depok.
Setiap hari ipul menyebarkan kesenian khas Jawa itu, dimulai dari sekolah-sekolah baik jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga masyarakat biasa. (bersambung)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Terkini
Minggu, 21 Desember 2025 | 20:01 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 12:43 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 06:30 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 23:41 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 15:15 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 08:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 08:20 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 08:05 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:35 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:15 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:35 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 05:35 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 22:55 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 22:11 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:45 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:36 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 19:38 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 14:15 WIB