IST/RADAR DEPOK
KOMPAK : Pengurus JQH berkumpul di Garut, Jawa Barat.
Sebagai umat muslim diwajibkan, untuk mencintai dan mengamalkan Alquran sebagai pendoman hidup. Maka, banyak organisasi yang mencintai dan menjaga Alquran. Salah satunya organisasi Jamyatul Qurra'wal Huffazh (JQH) atau himpunan dan hafizh-hafizhah yang di bawah naungan Nahdatul Ulama (Ulama).
Laporan : MUHAMAAD IRWAN SUPRIYADI
Mulianya hamba Allah SWT di dunia ini, setelah Nabi adalah para ulama yang mengamalkan ilmunya, kemudian para penghafal Alquran.
Mereka meninggalkan dunia seperti meninggalnya para Anbiya. Dan mereka dibangkitkan di padang mahsyar bersama-sama para nabi kemudian memperoleh pahala seperti pahalanya para Nabi. Berbahagialah mereka ahli penghafal Al-Qur'an. Itu hadis riwayat HR Abu Dawud an-Nasa'i dan lain-lainnya.
Bisa direnungkan, bagi umat muslim. Alquran adalah pegangan teguh di dunia. Hal itu dikatakan Ketua JQHNU Depok, Ust Imam Nafi. "Jadi penghafal Alquran karena Allah SWT dijanjikan surga, kita di JHQ ini mengajak dan pemberdayaan para penghafal Alquran," kata Imam.
Pemberdayaan ini di JQH, bagaimana seorang hafidz bisa survive dalam kehidupannya. Sisi lainya, JQH ini salah satu organisasi bukan pencetak penghafal Alquran. Tetapi, JQH memiliki metode baca Alquran dan menghafal itu namanya Baghdadi. "Cara menghafal Alquran sendiri-sendiri," ucapnya.
Pengajaran seperti metode zaman dulu atau turutan. Kalau menghafal pake beberapa metode, seperti metode "lauhun" yang di tulis Dr. KH. Muhaimin Zen, mantan ketua Pengurus Pusat JQH NU.
Dia menceritakan, awal mula dibentuk JHQ ini didirikan oleh KH Ahmdara seorang Hafizh (hafal Alquran). Dan qari atau ahli seni mad Wahid baca Alquran. Pada tahun pertama oleh Menteri Agama RI ke-3, ini merupakan organisasi otonomi di bawah naungan Nahdlatul Ulama (Nu)
"Organisasi ini merupakan cikal bakal terwujudnya Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) Nasional. Kini mereka (pengurus JHQ) telah berhasil membina dan mencetak kader kader bangsa, ulama yang hafal Alqur'an dan sanggup menjadi teladan di tengah masyarakat," kata dia.
Menurutnya, banyak hadist dan ayat Alquran untuk mempelajarinya. Berdasarkan hadist dan ayat Allah SWT, menjanjikan imbalan kelak di akhirat yaitu surga.
Dari Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulullah SAW bersabda: barangsiapa membaca Alquran kemudian menghafalnya, Allah akan memasukkannya ke surga dan ia diberi hak membawa masuk bersama sepuluh orang keluarganya, mereka semua selamat dari api neraka.
Pihaknya, juga tengah gencar mensyiarkan metode cara baca Alquran dengan baik dan benar. Pasalnya, untuk melahirkan seorang penghafal Alquran. Perlu adanya ketentuan, dan kualifikasi dalam membaca kalam ilahi. Terlebih lagi banyak munculnya rumah tahfidz Al-Quran di masyarakat.
Menurutnya, munculnya rumah tahfidz, lembaga baca Alquran merupakan suatu usaha positif dalam mengembangkan bacaan Alquran.
Hanya saja, lanjutnya, peserta didik seakan diajak menghafal Alquran dan membaca tanpa ada persiapan yang matang. Terlebih lagi, bagi seorang hafidz harus memiliki proses yang komprehensif. "Melalui JQH kita syiarkan metode baca Alquran yang baik dan benar,” ujarnya.
Metode yang digunakan adalah metode baghdadiya yaitu: metode baca Alquran yang menekankan kepada makhorijul huruf, dan sifatul huruf.
Tentunya, dalam penyampaian materinya sesuai dengan peserta didik dan menyenangkan. JQHNU berharap, dengan metode baghdadiyah bisa mewarnai dari metode yang sudah ada saat ini. Kalau diterapkan di TPA Taman Penddikan Alquran, maka anak-anak harus khatam 30 juz baru bisa diwisuda.
Untuk menjadi seorang hafidz, haruslah melalui proses secara komprehansif di antaranya: menguasai standar kualifikasi baca Alquran. Seorang hafidz harus lulus ujian Binnadhor atau penyimakan oleh guru Alquran secara langsung. Yang memiliki sanad atau transmisi bacaan Alquran, sampai pada Rasulullah.
Dia menambahkan, untuk menjadi peserta didik haruslah mendapatkan ijin dari orang tuanya. Tidak serta merta seorang anak yatim dipaksakan untuk menghafal Alquran. Yang tidak kalah penting, riyadhoh atau sanggup menjalani upaya spiritual saat belajar Alquran. Seperti dengan cara berpuasa, latihan mengkhatamkan Alquran dalam waktu tiga hari.
"Kita tawarkan sebuah metode yang sudah ada yang mengedepankan pada penguasaan, makhorijul huruf dan sifatul huruf sejak dini. Kita berharap dengan gerakan ini bisa menjadi pendorong bagi masyarakat untuk gemar membaca dan mencintai Alquran sejak dini," paparnya.
Imam mengungkapkan, saat ini akan terus berupaya dalam menggelorakan metode baca Alquran melalui pelatihan metode baghdadiyah.
Menurutnya, dalam pelatihan awal ini peserta yang hadir adalah para ustadz dan ustadzah, dari perwakilan MWC NU atau perwakilan tingkat Kecamatan. Dia mengharapkan, dari peserta ini bisa menerapkkannya pada tempat mengajarnya. "Kita juga akan terus mengadakan pelatihan serupa di berbagai tempat di masjid, mushola dan lembaga Pendidikan," paparnya.(bersambung)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Terkini
Minggu, 21 Desember 2025 | 20:01 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 12:43 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 06:30 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 23:41 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 15:15 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 08:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 08:20 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 08:05 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:35 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:15 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:35 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 05:35 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 22:55 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 22:11 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:45 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:36 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 19:38 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 14:15 WIB