HARUS DIPANTAU: Warga saat bermain game online PUBG di salah satu kawasan di Kota Depok, Minggu (24/3). Game online tersebut dinilai memiliki dampak negatif untuk kesehatan maupun kejiwaan. Foto: AHMAD FACHRY/RADAR DEPOK
RADARDEPOK.COM, DEPOK – Dari masa ke masa game online di Indonesia terus berkembang. Ada sisi baik dan ada pula buruknya. Namun, dampak yang diterima anak lebih berat ke faktor negatif. Pakar psikologi Universitas Pancasila (UP) menilai perlu adanya pembatasan game tersebut dari pemerintah.
Psikolog UP, Aully Grashinta mengatakan, pemblokiran game online bukan solusi penentu anak bakal terhindar memiliki prilaku negatif. Tetapi solusinya adalah pembatasan anak dalam mengakses dan memainkan game tersebut.
“Game itu harusnya hanya boleh diakses usia 18 tahun ke atas, karena mengandung konten kekerasan yang dapat dicontoh oleh anak di bawah umur. Kalau pemlokiran itu perlu evidence yang lebih kuat,” kata Aully kepada Radar Depok, kemarin (24/3).
Menurutnya, game online termasuk PUBG memiliki dampak negatif bagi kesehatan dan kejiwaan. Seperti, PUBG mengandung unsur kekerasan yang sangat tinggi. Karena pemain dituntut untuk lebih banyak mengalahkan lawan dengan cara membunuh dengan cara menembak, melempar pisau, mengembon dan sebagainya.
Meski membutuhkan strategi tujuan, dari strategi itu hanya menghabisi sebanyak mungkin lawan agar bisa menang. Jika hal seperti ini dilakukan terus-menerus sangat mungkin akan mempengaruhi cara berpikir pemainnya.
“Game ini mendorong seseorang untuk terokupansi terus dengan game karena takut ketinggalan atau takut kalah. Pada anak-anak dan remaja, kemampuan kontrolnya masih rendah sehingga sangat mungkin menjadi tidak dapat mengatur waktunya,” papar Aully.
Dampak lainnya ketika anak bermain game hingga larut malam akan berdampak pada kurangnya konsentrasi anak ketika di sekolah.
Faktor kelelahan mata berdampak buruk pada pengelihatan. Cahaya yang terus-menerus jelas menimbulkan radiasi tertentu yang membuat menurunnya fungsi mata.
“Kekakuan karena otot-otot yang terus berada pada posisi yang sama tentu juga menjadi masalah, belum lagi obesitas karena kurang gerak,” tegasnya.
Di dalam game itu sebagian besar memperlihatkan tindakan kekerasan sehingga mendorong agresifitas anak meningkat. Ketika anak mengalami masalah ini, perlu adanya mediator untuk mengetahui sekaligus mengobati sisi negatif pada anak.
“Kalau tidak ada mediasibakal sulit menentukan apakah games itu penyebab kekerasan dalam diri anak atau tidak,” paparnya.
Aully menuturkan, kecanduang game online sudah masuk dalam daftar penyakit kesehatan mental (DSM V). Akibat candu game online bisa menimbulkan potensi agresif yang tinggi karena otak terus menerus menerima rangsangan agresif.
"Penyimpangan ya itu memang potensi agresif menjadi tinggi karena terus menerus menerima rangsang agresif, impulsivitas (dorongan) juga menjadi lebih tinggi dan kesulitan dalam pengendalian diri, sehingga mudah melakukan tindakan-tindakan tertentu tanpa memikirkan akibatnya lebih jauh," pungkasnya.
Sebelumnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Barat berencana mengeluarkan fatwa haram untuk game online PUBG. Pengkajian tersebut berkaca dari kasus penembakan umat muslim di Selandia Baru yang menelan korban jiwa.
Salah satu pemain game online PUBG, Agung menanggapinya dengan kecewa pernyataan MUI Provinsi Jawa Barat tersebut. Sebab, banyak game lain sejenis dengan PUBG yang notabenenya juga mengandung kekerasan. Seperti Counter Strike dan Point Blank.
“Saya rasa game PUBG banyak manfaatnya, buktinya banyak gamers yang mendapatkan penghasilan dari adsen streaming dan konten yang diupload ke Youtube atau aplikasi lainnya. Jika hanya karena kasus Selandia baru itu mungkin bukan karena dari Game, tapi dari Otak teror si pelakunya,” tangkasnya. (san)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Terkini
Minggu, 21 Desember 2025 | 20:01 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 12:43 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 06:30 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 23:41 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 15:15 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 08:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 08:20 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 08:05 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:35 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:15 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:35 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 05:35 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 22:55 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 22:11 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:45 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:36 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 19:38 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 14:15 WIB